KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil menguat di sepanjang pekan ini. Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dan fundamental dalam negeri yang kuat menjadi penyokong nilai tukar rupiah. Mengutip Bloomberg, Jumat (3/9), rupiah menguat 0,07% ke Rp 14.263 per dolar AS. Sementara, dalam sepekan rupiah menguat 1,08% dari Rp 14.418 per dolar AS. Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, rupiah menguat di pekan ini diawali karena hasil simposium Jackson Hole. The Fed mengatakan tidak akan terburu-buru dalam menaikkan suku bunga acuannya dan mungkin baru dilakukan di 2023.
Baca Juga: IHSG menguat 1,42% sepekan ditopang data ekonomi yang membaik "Suku bunga AS yang belum akan naik dalam waktu cepat membuat pasar optimis pada instrumen investasi di luar dolar AS, indeks AS juga langsung menurun dari level 93 ke 92 ," kata Reny, Jumat (3/9). Penurunan indeks dolar menandakan dolar AS melemah terhadap mata uang utama dan regional. Alhasil, rupiah jadi terapresiasi. Sementara, sentimen internal yang mendukung rupiah menguat adalah inflasi terkendali di level rendah dan cadangan devisa tinggi. Selain itu, Reny mengamati arus modal asing masih terus masuk di tengah kondisi Indonesia yang semakin kondusif karena kasus Covid-19 menurun dan PPKM pemerintah longgarkan. Sentimen positif juga datang dari burdern sharing dalam menanggung fiskal guna membantu pemulihan ekonomi. Dampaknya, suplai obligasi akan menurun sehingga harga obligasi naik dan yield turun. Baca Juga: IHSG menguat 1,42% sepekan ini dengan net buy asing Rp 1,27 triliun "Real yield di pasar obligasi domestik masih atraktif dan asing masih tertarik masuk serta berkorelasi positif terhadap rupiah," kata Reny.