Rupiah menguat, asumsi makro 2017 tetap



JAKARTA. Otot mata uang Garuda semakin besar. Buktinya, posisinya semakin kuat terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Rabu (28/9), rupiah berada di level Rp 12.926 per dollar AS.

Jika kondisi itu terus bertahan dalam jangka waktu lama, pemerintah harus siap-siap untuk mengubah asumsi ekonomi makronya, terutama asumsi untuk tahun 2017. Sebab, perubahan tren rupiah akan mengubah tren asumsi ekonomi makro lainnya, termasuk postur anggaran. Misalnya, kondisi ekspor-impor, inflasi, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi.

Namun, untuk saat ini, banyak pihak menilai, pemerintah tidak perlu merevisi semua outlook-nya tersebut. Sebab, penguatan rupiah baru terjadi dalam hitungan hari, meskipun sudah menembus level Rp 12.000-an per dollar AS.


Sekadar informasi, dalam asumsi makro Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara atau RAPBN 2017, nilai tukar rupiah diperkirakan di kisaran Rp 13.300 per dollar AS, sementara pertumbuhan ekonomi 5,3%. 

Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, penguatan otot mata uang garuda ini lebih banyak dipengaruhi sentimen dalam negeri. "Derasnya aliran dana masuk dari program tax amnesty memberikan kepercayaan pasar," ujar David, Rabu (28/9).

Selain itu, ada juga pengaruh dari sentimen global, terutama keputusan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, yang mempertahankan suku bunga acuan mereka. Hal itu terlihat dari penguatan mata uang tidak hanya terjadi untuk rupiah. Sejumlah mata uang di kawasan juga mengalami hal yang sama.

Oleh karenanya, jika pemerintah buru-buru mengubah asumsinya, dikhawatirkan  bakal merepotkan jika kondisi ekonomi global berubah lagi. Karena itu, penguatan rupiah ini masih rentan untuk kembali terkoreksi.

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara menegaskan, dalam menentukan asumsi makro, pemerintah tidak memonitor perubahan hari per hari. Tetapi, dengan melihat outlook yang akan terjadi satu tahun secara rata-rata.

Dengan demikian, penguatan rupiah ini belum akan berdampak apapun pada outlook kondisi ekonomi. Sebelumnya, pemerintah menargetkan, pertumbuhan ekonomi 2016 berdasarkan kondisi terkini sebesar 5%, sedangkan untuk tahun 2017 berdasarkan kesepakatan dengan Badan Anggaran ditetapkan 5,1%.

Asumsi itu, dengan memasukkan proyeksi pertumbuhan ekspor yang masih negatif di tahun ini. Sementara tahun depan diperkirakan akan mulai netral. Memang, penguatan rupiah dalam jangka panjang akan menekan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia