Rupiah Menguat Dalam Sepekan, Simak Prediksinya untuk Pekan Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Pelemahan dolar AS menjadi katalis positif bagi masuknya dana asing ke pasar Indonesia.

Pada Jumat (31/3), kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 14.995 per dolar AS, atau menguat 0,34% dari sehari sebelumnya. Dalam sepekan, rupiah spot naik 3,33%.

Sementara rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 14.977 per dolar AS, naik 0,56% dari sehari sebelumnya. Dalam sepekan, rupiah Jisdor menguat 1,39%.


Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mencermati, rupiah berhasil mencatat penguatan dalam tiga pekan berturut-turut berkat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Jisdor Sukses Menguat ke Rp 14.977 Per Dolar AS pada Jumat (31/3)

Hal tersebut seiring dengan serangkaian data ekonomi AS yang kurang baik, serta masih dibayangi sentimen krisis perbankan yang menghambat laju kenaikan suku bunga The Fed.

“Sentimen luar masih kurang bagus untuk dolar, sehingga dolar AS pun terhempas oleh rivalitas dan perburuan aset berisiko, dengan menguatnya komoditas dan saham,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (31/3).

Selain itu, Nanang bilang, aliran dana (inflow) yang masuk ke pasar Indonesia turut memberi andil penguatan untuk rupiah.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mencermati penguatan rupiah dalam sepekan ini lebih disebabkan oleh sentimen global.

Di awal pekan ini, rupiah masih terpengaruh sentimen krisis perbankan AS. Pernyataan dari pejabat The Ted yang mengindikasikan bahwa gejolak perbankan sudah mampu ditangani membuat pasar secara keseluruhan alami risk-on.

Sentimen risk-on itulah yang mendorong inflow ke negara emerging market seperti Indonesia, terutama pasar saham. Ditambah, prospek ekonomi China yang semakin positif dengan rilis data Purchasing Manager Index (PMI) turun menjadi 51,9 pada Maret 2023 dari level tertinggi hampir 11 tahun di 52,5 pada bulan Februari 2023.

“Dorongan lainnya datang dari International Monetary Fund (IMF) yang memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa di atas 5% dari sebelumnya hanya 4,8%,” ucap Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (31/3).

Menurut Fikri, rupiah di pekan depan bakal dipenuhi volatilitas. Pada awal pekan, kondisi pasar akan disetir oleh data inflasi global yang dirilis setiap awal bulan. 

Sementara menuju akhir pekan, investor akan mencermati data-data ketanagakerjaan AS di antaranya Non Farm Payroll (NFP).

Awal pekan depan rupiah nampaknya bakal sedikit terkontraksi menyusul data inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) inti Amerika Serikat yang naik 0,6% di bulan Februari 2023 secara bulanan. Ini juga melebihi perkiraan pasar sebesar 0,4%.

Baca Juga: Paling Kuat di Asia, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 14.996 Per Dolar AS Hari Ini

Nanang menambahkan, ujian berat bagi rupiah di awal pekan yakni menanti laporan data inflasi konsumen untuk Maret 2023. Bila inflasi turun, maka ruang penguatan rupiah diperkirakan bisa berlanjut.

Nanang memproyeksikan rupiah di pekan depan akan berada dalam rentang harga Rp 14.800 per dolar AS – Rp 15.150 per dolar AS. 

Sedangkan, Fikri memperkirakan nilai tukar rupiah di pekan depan bakal berada di rentang Rp 14.900 per dolar AS – Rp 15.100 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi