KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pekan ini. Rupiah berhasil memangkas pelemahannya berkat data perdagangan domestik yang kuat ditambah intervensi bank sentral kerek suku bunga acuan. Mengutip
Bloomberg, rupiah spot menguat sekitar 0,30% secara mingguan setelah ditutup di level Rp 16.210 per dolar AS pada Jumat (26/4). Sementara, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup menguat sekitar 0,35% secara mingguan setelah berada di level Rp 16.222 per dolar AS. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mencermati, rupiah menguat terhadap dolar selama pekan ini karena didukung data perdagangan yang lebih kuat dari perkiraan. Seperti diketahui, surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Maret 2024 meningkat jadi US$4,47 miliar dari US$0.83 miliar pada Februari 2024.
Di samping itu, rupiah terangkat langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 23-24 April 2024. Ini merupakan kenaikan BI rate yang pertama di tahun 2024, setelah terakhir kali BI menaikkan suku bunga pada bulan Oktober 2023.
Baca Juga: Rupiah Masih Sulit Menguat Walau Suku Bunga Acuan Dikerek Jadi 6,25% “Rupiah menguat tipis didukung oleh data perdagangan yang lebih kuat dari perkiraan, serta BI yang menaikkan suku bunga,” kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (26/4). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah melanjutkan tren depresiasi di akhir pekan usai rilis data Produk Domestik Bruto AS kuartal I-2024 mengalami pertumbuhan, namun lebih lambat dari periode sebelumnya. Ini menimbulkan kekhawatiran terkait adanya stagflasi di AS. Perekonomian AS tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada kuartal pertama 2024, dibandingkan dengan 3,4% pada kuartal sebelumnya dan di bawah perkiraan sebesar 2,5%. Hasil ini merupakan pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada paruh pertama tahun 2022. Alhasil, Josua menjelaskan, rupiah ditutup melemah terbatas sebesar 0,14% secara harian ke level Rp 15.210 per dolar AS, Jumat (26/4). Meski demikian, rupiah masih lebih kuat daripada posisi pekan lalu berkat sentimen risk-on di awal pekan yang meningkat seiring berbalik arahnya data manufaktur AS ke fase kontraksi. “Sepanjang pekan ini, Rupiah mampu menguat terhadap dolar,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (26/4). Sementara itu, Josua mengamati, rupiah berpotensi melemah pekan depan sejalan dengan proyeksi kenaikan data inflasi PCE Deflator yang bakal rilis, Jumat (26/4) malam. Kemudian, data itu akan diikuti oleh pengumuman kebijakan moneter dari The Fed di pertemuan pekan depan.
Baca Juga: Lesu, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 16.210 Per Dolar AS Pada Hari Ini (26/4) The Fed diperkirakan cenderung lebih berhati-hati menyampaikan terkait timing pemotongan suku bunga. Sehingga, sentimen itu bakal menciptakan ekspektasi suku bunga tinggi dipertahankan dalam jangka waktu lama atau higher-for-longer di kalangan investor. “Ekspektasi higher for longer berpotensi mendorong apresiasi dolar AS secara luas,” sebut Josua. Lukman turut mencermati prospek penguatan rupiah bakal tertahan oleh menurunnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed. Dimana, saat ini timbul narasi bahwa Bank Sentral AS itu baru akan memulai pemangkasan suku bunga pada September 2024. Oleh karena itu, rupiah diproyeksi masih dalam tekanan dolar Amerika seiring investor mengantisipasi pertemuan FOMC pekan depan. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell diperkirakan akan memberikan pernyataan bernada hawkish.
Lukman menambahkan, pekan depan investor juga akan menanti data tenaga kerja AS yaitu Non Farm Payroll (NFP). Dari domestik, data inflasi Indonesia yang diperkirakan naik akan memberikan tekanan pada Bank Indonesia, sehingga berpotensi kembali kerek suku bunga. Adapun Lukman memperkirakan rupiah pekan depan akan bergerak dalam rentang Rp16.150 – Rp 16.400 per dolar AS di pekan depan. Namun proyeksi ini diasumsikan apabila data inflasi PCE Amerika tidak akan memberi kejutan nanti malam. Sementara, Josua memperkirakan rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp16.175 – Rp 16.325 per dolar AS pada perdagangan pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari