KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Mengutip
Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot menguat 0,25% atau Rp 40 ke level Rp 16.260 per dolar AS pada perdagangan Rabu (31/7). Sementara di Jakarta Interbank Spot, Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,15% ke posisi Rp 16.294 per dolar AS pada hari ini. Direktur Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus pasar akan tertuju pada sinyal potensial pemangkasan suku bunga, menyusul beberapa pembacaan inflasi yang lemah dan komentar
dovish dari pejabat Fed. “Konsensus umum sebagian besar mendukung pemangkasan 25 basis poin pada bulan September mendatang,” kata Ibrahim dalam riset harian, Rabu (31/7).
Lebih lanjut, Ibrahim menambahkan, data PMI menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok menyusut selama tiga bulan berturut-turut hingga bulan Juli. Sementara pertumbuhan non-manufaktur China melambat. Kedua kabar tersebut turut menekan mata uang Asia terhadap dolar AS. Sedangkan dari dalam negeri, lembaga pemeringkat S&P kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating atau peringkat utang Indonesia pada BBB, satu tingkat di atas
investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. Baca Juga: Periode Pemangkasan Suku Bunga Kian Dekat, Dolar AS Berpotensi Melemah S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid dengan ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah yang terjaga, didukung kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel. Kemudian, S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat. “Tak hanya itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter,” kata Ibrahim. Ibrahim mengatakan, pada sektor fiskal, S&P memandang pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga: Dolar AS Dipandang Tetap Solid Hingga Akhir 2024, Didukung Suku Bunga Tinggi & Perang Sementara itu, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan bahwa pergerakan dolar jelang
regular meeting di akhir Juli ini, tepatnya malam ini diperkirakan tidak mengubah suku bunga. Tetapi pasar akan menyoroti bagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Fed Jerome Powell soal pemangkasan yang akan dimulai September mendatang. Menurut Nanang, perihal pemangkasan suku bunga menjadi hal yang negatif terhadap pergerakan mata uang dolar AS. Dia memproyeksi bahwa dolar AS akan melemah seiring dengan semakin dekatnya potensi pemangkasan tersebut. “Terlebih lagi, beberapa variabel pendukung tengah menjadi perhatian khusus, seperti data
non-farm payrolls (NFP) besok,” kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (31/7). Nanang mengatakan bahwa NFP diperkirakan akan berada di bawah 200.000. Bila prediksi benar dan bertahan hingga data NFP September mendatang, maka potensi pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin menguat. “Jika tingkat pengangguran AS makin naik di atas 4,1% maka semakin menandakan perlambatan atau jumlah lowongan pekerjaan yang menyusut,” kata dia.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,16% ke Rp 16.294 Per Dolar AS, Rabu (31/7) Nanang bilang, investor juga akan memastikan angka inflasi, apakah semakin mendekati target di bawah 3%, dari target utama yang hanya sebesar 2%. Dengan begitu, dia memproyeksi bahwa dolar AS akan terus mengalami pelemahan dengan indeks dolar terancam menguji area 100,70 dari posisi saat ini di sekitar 104,4. Di sisi lain, Nannag menuturkan bahwa rupiah diuntungkan ketika The Fed memangkas suku bunga. Pasalnya, banyak aliran arus modal luar yang akan masuk di dalam negeri, terlebih lagi setelah pelantikan presiden baru.
Dia menilai, arah kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah yang baru bisa menopang kinerja rupiah untuk kembali bergerak di bawah 16.000. “Saya melihat bahwa ada peluang juga rupiah akan menguat dan berada dalam kisaran Rp 15.700 per dolar AS-Rp 15.900 per dolar AS,” kata Nanang. Nanang memproyeksi rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp 16.180-Rp 16.260 per dolar AS, pada perdagangan Kamis (1/8). Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan besok, Kamis (1/8) akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp 16.210 per dolar AS-Rp 16.280 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati