Rupiah menguat didukung data manufaktur AS negatif



JAKARTA. Rupiah mencatat penguatan meski terbatas oleh kekhawatiran kondisi global. Namun, ruang penguatan rupiah terbuka didukung proyeksi negatif data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures memaparkan, pasar global sedang dilanda kecemasan akibat serangan rudal Korea Utara ke arah laut Jepang. Kekhawatiran tersebut menguntungkan mata uang aman termasuk yen dan dollar AS. "Sementara rupiah masih dianggap mata uang beresiko," tuturnya.

Meski demikian, rupiah masih bisa menguat tipis setelah Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo mengatakan jika belanja negara tahun ini akan difokuskan pada sektor infrastruktur.


Di Pasar Spot, Rabu (5/4) nilai tukar rupiah menguat 0,08% ke level Rp 13.320 per dollar AS. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 13.329.

Faisyal memperkirakan pergerakan rupiah akan kembali menguat pada Kamis (6/4). Perkiraan tersebut didukung oleh proyeksi negatif dari sejumlah data ekonomi AS. Angka ADP Non-Farm Employment Change bulan Maret diprediksi turun ke 184.000 dari sebelumnya 298.000 .

Sementara indeks sektor jasa bulan Maret diperkirakan turun ke level 57 dari sebelumnya 57,6. Di samping itu, pasar masih menanti hasil pertemuan Presiden AS, Donald Trump dengan Perdana Menteri China, Xi Jinping.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto