JAKARTA. Mengacu data Bloomberg, Jumat (24/4) di pasar spot rupiah menguat Rp 12.939 per dollar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,12% dari sebelumnya Rp 12.954 per dollar AS. Penguatan rupiah dipicu sentimen dari negatifnya data ekonomi AS. Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa berkurangnya kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap kenaikan lebih cepat suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) menjadi salah satu penopang mata uang rupiah. "Belum membaiknya data perekonomian Amerika Serikat mendorong pelaku pasar uang masih cukup aktif melakukan transaksi mata uang berisiko, salah satunya rupiah sehingga menahan laju dolar AS di pasar valas domestik," kata Reza.
Dari eksternal, lanjut dia, akan adanya langkah dari pemerintah Tiongkok untuk mengatasi perlambatan industri manufakturnya menjadi harapan bagi investor, situasi itu akan mendorong perekonomian global sehingga ikut memberikan momentum pada mata uang rupiah untuk kembali bergerak menguat. "Meski kami melihat penguatan rupiah belum cukup kuat mengkonfirmasi penguatan lanjutan, adanya harapan positif dari eksternal serta dari dalam negeri terkait data produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis dalam waktu dekat akan menjaga fluktuasi rupiah di kisaran yang stabil dengan potensi positif," katanya.