Rupiah Menguat Hampir 2% Pekan Ini, Pemangkasan Suku Bunga Global Jadi Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali catat penguatan di pekan ini, salah satunya berkat pelonggaran kebijakan moneter Federal Reserve dengan pemangkasan suku bunga. 

Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (20/9), kurs rupiah spot ditutup di level Rp 15.150 per dolar AS. Kurs rupiah spot menguat 0,58% ketimbang penutupan perdagangan kemarin di Rp 15.239 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,64% dari Rp 15.402 per dolar AS pada Jumat (13/9) lalu.

Berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) rupiah bertengger di Rp 15.100 perolar AS atau menguat 1,22% dibanding penutuman perdagangan kemarin yang ada di Rp 15.287 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah menguat 1,97% dari minggu lalu yang Rp 15.405 per dolar AS. 


Pengamat mata uang dan komoditas Lukman Leong mengatakan dolar AS terus melanjutkan pelemahan di tengah euphoria investor menyikapi pemangkasan jumbo sebesar 50 bps oleh the Fed. Dari domestik, data perdagangan Indonesia yang lebih baik dari perkiraan menjadi faktor pendukung rupiah. 

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 1,98% Sepekan Hingga Jumat (20/9)

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin menambahkan pemangkasan tersebut memberi kabar gembira bagi beberapa sektor dan emiten di dalam negeri. Para pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk transaksi jangka pendek maupun menengah.

"Kondisi ini juga bisa bawa rupiah untuk bergerak nantinya di bawah 15.000 per dolar AS, seiring sentimen positif peningkatan permintaan komoditas global yang berpotensi menguntungkan ekonomi Indonesia," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (20/9). 

Namun, lanjut Nanang, ruang penguatan jangka pendek ini bisa terhalangi oleh volatilitas terhadap permintaan dolar untuk kebutuhan impor. Selain itu beragamnya sentimen yang nantinya akan mewarnai seperti data ketenagakerjaan Amerika terbaru, inflasi dan iklim politik di Amerika.

Pekan depan rupiah akan diwarnai oleh sentimen dari luar, serangkaian data ekonomi terbaru akan pengaruhi dolar di antaranya data PDB dan Core PCE. 

Baca Juga: Paling Perkasa di Asia, Rupiah Ditutup Rp 15.150 Per Dolar AS, Jumat (20/9)

Bila ekonomi Amerika melambat dan inflasi terus melandai, prospek pemangkasan suku bunga The Fed di dua pertemuan berikutnya yakni November dan Desember terbuka dengan porsi yang sama. Dengan analisa itu Nanang menilai rupiah pekan depan akan berada dalam kisaran Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.250 per dolar AS. 

Sementara Lukman menilai pekan depan tidak ada data ekonomi yang penting dari domestik. Dari eksternal, investor menantikan testimoni Ketua the Fed Jerome Powell pada hari Kamis dan data inflasi PCE AS hari Jumat. Dengan demikian, rupiah berpotensi menguat namun tidak akan signifikan. Lukman memproyeksi rupiah akan bergerak di Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS pada pekan depan. 

"Ini karena dolar AS yang sudah sangat oversold dan rupiah yang overbought, rentan aksi profit taking. Invetor juga cenderung wait and see mengantisipasi Powell dan inflasi PCE AS," pungkas Lukman 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati