KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,29% ke level Rp 15.345 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (17/3). Alhasil, dalam sepekan rupiah menguat 0,68% dari level Rp 15.450 per dolar AS pada Jumat (10/3). Untuk pekan depan, penguatan rupiah diprediksi masih akan berlanjut. Sementara, rupiah kurs Jisdor BI menguat 0,35% ke Rp 15.364 per dolar AS pada Jumat (17/3). Kurs rupiah Jisdor menguat 0,67% dalam sepekan, mengingat pada minggu lalu ada di angka Rp 15.468 per dolar AS. Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah menguat disebabkan pelemahan indeks dolar AS.
Kondisi itu didorong oleh krisis perbankan, baik di AS maupun di negara lain yang terdampak. Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Menguat 0,29% Dalam Sepekan “Pergerakan rupiah dan hampir semua aset maupun mata uang dunia sepekan ini didominasi oleh masalah seputar kegagalan bank-bank di AS dan Bank Credit Suisse di Swiss,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/3). Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah akhirnya mencatat penguatan kali pertama dalam mingguan setelah 5 minggu melemah. Penguatan rupiah, kata Nanang, terjadi seiring dengan pelemahan dolar AS karena penurunan laju inflasi dan prospek kenaikan suku bunga The Fed yang mulai berkurang. “Ditambah lagi kasus default yang dialami perbankan AS, yakni Silicon Valley Bank (SVB) yang merembet ke Swiss, Credit Suisse, sehingga makin membuat pasar cemas,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/3). Baca Juga: Kondisi Bank AS Nelangsa, Kurs Rupiah Justru Perkasa Namun, kecemasan tersebut hanya sementara. Sebab, otoritas dari masing-masing negara sudah menjamin dana nasabah di kedua bank tersebut.