KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Selasa (18/7). Kurs rupiah spot menguat 0,11% ke Rp 14.997 per dolar AS, sementara kurs rupiah Jisdor menguat 0,09% ke Rp 14.994 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, penguatan rupiah didukung oleh tren pelemahan dolar AS selama sesi perdagangan Asia. Lesunya dolar di tengah ekspektasi investor terkait dengan pelemahan data penjualan ritel AS yang dirilis Selasa (18/7) malam. Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah ke level 99,69. Ini adalah posisi paling lemah indeks dolar sejak awal April 2022.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat 0,11% ke Rp 14.997 Per Dolar AS, Selasa (18/7) Mengutip Tradingeconomics, penjualan ritel di AS naik 0,2% secara bulanan di bulan Juni 2023, menyusul kenaikan 0,5% yang direvisi naik di bulan Mei. Hanya saja, naiknya penjualan ritel 0,2% berada di bawah perkiraan kenaikan sekitar 0,5%. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, pelaku pasar menanti data produksi industri AS yang dirilis Selasa (18/7) malam waktu Indonesia. Data yang dirilis menunjukkan, penjualan ritel pada Juni naik, namun kenaikannya lebih rendah dari yang diperkirakan. Data penjualan ritel dan produksi industri AS dapat menjadi petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi terbesar dunia, dan potensi jalur suku bunga. Adapun, produksi industri di Amerika Serikat turun 0,5% dari bulan sebelumnya pada Juni 2023, menyusul penurunan 0,5% yang direvisi naik pada bulan sebelumnya. “Meskipun demikian, angka-angka ini masih dapat diperdebatkan apakah akan mengubah sentimen pasar, mengingat harga konsumen dan produsen yang lemah minggu lalu,” jelas Ibrahim dalam riset harian, Selasa (18/7). Selain itu, Ibrahim melihat dolar AS tergelincir dan diperdagangkan mendekati level terendah lebih dari satu tahun, karena para pedagang semakin mempertimbangkan untuk segera mengakhiri siklus pengetatan Federal Reserve. Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi ketika bertemu di pekan depan, tetapi pasar fokus pada akhir siklus pengetatan FOMC setelah harga konsumen AS mencatat kenaikan tahunan terkecil mereka dalam lebih dari dua tahun minggu lalu. Dari internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 turun US$ 4,7 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2023 tercatat U$D398,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir April 2023 sebesar US$403,0 miliar. ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7% yoy, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3% yoy.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,09% ke Rp 14.994 Per Dolar AS, Selasa (18/7) Kemudian, ULN pemerintah menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Posisi ULN pemerintah pada akhir Mei 2023 tercatat sebesar US$ 192,6 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$194,1 miliar. Sementara itu, Josua mencermati perdagangan rupiah pada Kamis (20/7) berpotensi melemah terbatas. Rupiah akan terpengaruh ekspektasi penguatan produksi industri AS, serta penurunan suplai perumahan di Amerika Serikat. Josua memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.975 per dolar AS – Rp 15.075 per dolar AS pada Kamis (20/7), setelah libur nasional di Indonesia pada Rabu (19/7). Sedangkan, Ibrahim memprediksikan mata uang rupiah bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 14.950 per dolar AS - Rp 15.050 per dolar AS pada perdagangan Kamis (20/7). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi