Rupiah menguat seiring nada dovish The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Garuda mampu berjaya atas dollar Amerika Serikat. Nada dovish The Fed menjadi katalis utama penguatan rupiah hari ini.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan, mata uang rupiah berada di level Rp 14.140 per dollar AS. Angka ini naik 0,33% dari nilai kemarin yaitu Rp 14.188 per dollar AS. Sementara dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat 0,90% menjadi Rp 14.102 per dollar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menyebut keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga yang telah berlangsung sejak tiga tahun lalu menjadi indikasi bahwa The Fed mengabaikan proyeksi dua kali kenaikan yang dibuat Desember lalu di tengah tanda-tanda pelemahan ekonomi AS yang kian mengemuka.


"Keputusan rapat komite The Fed yang mempertahankan suku bunga di kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375% ditambah pernyataan Jerome Powell yang memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga acuan sampai akhir 2019, menjadi pemicu penguatan rupiah. Bahkan bisa saja di akhir tahun nanti, The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya dan menggelontorkan stimulus ekonomi guna untuk mengembalikan ekonomi AS yang diperkirakan tumbuh 2,1%" ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Disamping itu, Ibrahim juga menilai kekhawatiran di Brexit juga menguatkan mata uang rupiah. Dia melihat ketakutan pasar terhadap persoalan Brexit telah terjadi setelah pidato dari Perdana Menteri Theresa May, Rabu malam, yang menguraikan tidak ada pilihan lain selain perjanjian penarikan yang telah dua kali ditolak oleh parlemen.

"Permintaannya untuk perpanjangan tiga bulan hingga batas waktu 29 Maret akan dipertimbangkan pada pertemuan puncak UE Kamis malam. Namun, laporan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan persetujuan dengan suara bulat yang diperlukan dari 27 pemimpin lainnya akan sulit," sebut Ibrahim.

Sementara dari sisi internal, Ibrahim mencatat Bank Indonesia telah mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reserve Repo Rate tetap dipertahankan di level 6%. Ibrahim memperkirakan, jika kondisi perekonomian Indonesia stabil, laju inflasi membaik atau defisit transaksi berjalan bisa lebih terkendali, maka bukan tidak mungkin BI akan menurunkan suku bunga acuan.

"Andai langkah ini ditempuh, maka akan menjadi bahan bakar untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Ibrahim memperkirakan, rupiah besok masih akan menguat di level Rp 14.090-Rp 14.157 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi