KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menutup perdagangan pendek pekan ini dengan penguatan signifikan. Selama 3 hari perdagangan, rupiah beranjak ke level yang lebih tinggi dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Mengutip Bloomberg, rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.635 per dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Rabu (7/2). Ini membuat rupiah spot menguat sekitar 0,15% daripada posisi akhir pekan lalu Rp 15.660 per dolar AS. Secara harian, rupiah spot menguat sekitar 0,61% dari posisi kemarin Rp 15.730 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga terpantau menguat daripada posisi akhir pekan lalu sekitar 0,02% ke level Rp 15.685 per dolar AS, Jumat (7/2). Secara harian, rupiah Jisdor menguat sekitar 0,31% dari posisi kemarin Rp 15.734 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat Pada Rabu (7/2), Ini Pendorongnya Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memandang, rupiah pada umumnya tertekan oleh penguatan dolar AS selama perdagangan singkat pekan ini. Hal tersebut setelah rilisnya data tenaga kerja Non Farm Payroll (NFP) Amerika yang lebih kuat dan komentar hawkish dari Gubernur The Fed, Jerome Powell. Dari dalam negeri, tekanan disebabkan investor yang mengantisipasi Pemilihan Presiden tahun 2024. Kabar baiknya, data cadangan devisa (cadev) Indonesia hari ini walau menurun, namun masih lebih tinggi dari perkiraan. “Sentimen ini berhasil membuat rupiah berbalik menguat (rebound),” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/2). Pengamat Mata Uang Ariston Tjendra mencermati, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh pernyataan petinggi The Fed pada Selasa (6/2) malam. Loretta Mester menegaskan peluang besar pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini, meskipun The Fed tidak akan terburu-buru melakukannya. Dari domestik, sentimen positif rupiah berasal dari rilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terbaru yang mencapai 5%. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2023 mencapai 5,04%. Dia mengatakan, rupiah sebelumnya melemah selama dua hari berturut-turut karena rilis data ekonomi Amerika yang positif yaitu data tenaga kerja di akhir pekan lalu dan data PMI sektor Jasa yang dirilis Senin (5/2) malam. Sementara itu, Ariston memproyeksi pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di perdagangan pekan depan. Pasalnya, kebijakan suku bunga masih bisa berubah tergantung rilis data ekonomi Amerika terbaru. “Pekan depan bakal ada data inflasi konsumen AS yang akan dirilis pada Selasa malam dan data-data ekonomi AS lainnya. Data AS terutama inflasi yang meninggi lagi bisa mengurangi ekspektasi pemangkasan dan mendorong pelemahan dolar AS dan sebaliknya,” tutur Ariston kepada Kontan.co.id, Rabu (7/2). Ariston menambahkan, pelaku pasar juga akan memperhatikan perkembangan ekonomi global terutama China dan situasi geopolitik yang bisa mempengaruhi sentimen pasar terhadap aset berisiko seperti rupiah. Adapun China dinilai masih dalam pemulihan. “Bila inflasi konsumen China yang akan dirilis hari Kamis nanti menunjukkan kenaikan, ini bisa diartikan ekonomi China sudah mulai pulih dan bisa memberikan sentimen positif ke rupiah. Sementara ketegangan geopolitik bisa mendorong pasar keluar dari aset berisiko dan menekan rupiah,” ujarnya.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,31% ke Level Rp 15.685 Per Dolar AS Pada Rabu (7/2) Dari domestik, data neraca perdagangan Indonesia yang dirilis setiap tengah bulan bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah karena surplus. Pemilu yang bakal dilaksanakan tanggal 14 Februari 2024 juga akan berpnegaruh untuk rupiah di pekan depan. Pemilu Indonesia yang berlangsung damai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah.
Lukman menambahkan, pekan depan rupiah diperkirakan masih akan tertekan di tengah sikap antisipatif saat pelaksanaan pilpres. Dari sisi data ekonomi, investor menantikan data inflasi Amerika Serikat dan data perdagangan serta penjualan ritel Indonesia. Menurut Lukman, rupiah kemungkinan bergerak dalam rentang Rp 15.600 per dolar AS – Rp 15.900 per dolar AS di perdagangan pekan depan. K Sedangkan Ariston melihat rupiah berpotensi bergerak dalam rentang Rp 15.500 – Rp 15.750 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi