KONTAN.CO.ID - Nilai tukar rupiah menunjukkan performa impresif pada perdagangan Kamis (10/7), berhasil menguat secara signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah ditutup di level Rp 16.224 per dolar AS di pasar spot, menguat 0,21% dari penutupan sebelumnya. Penguatan ini sejalan dengan mayoritas mata uang Asia lainnya. Pergerakan positif rupiah ini bukan tanpa alasan. Berbagai faktor, baik domestik maupun global, turut menjadi pendorong utama.
Mengapa Rupiah Menguat?
Beberapa hal fundamental menjadi kunci di balik apresiasi rupiah:- Arus Dana Asing Masuk: Minat investor asing terhadap aset berisiko di Indonesia, khususnya obligasi pemerintah, kembali meningkat. Hal ini terjadi setelah sinyal positif dari Presiden AS Donald Trump yang terbuka untuk negosiasi perdagangan lebih lanjut, meredakan kekhawatiran pasar. Aliran modal masuk ini meningkatkan permintaan akan rupiah, sehingga nilainya menguat.
- Tekanan pada Dolar AS: Dolar AS sedang mengalami tekanan. Risalah rapat Federal Reserve (The Fed) bulan Juni mengindikasikan bahwa sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi akhir tahun ini. Ini didasari oleh meredanya tekanan inflasi dan potensi pelemahan ekonomi serta pasar tenaga kerja AS. Suku bunga yang lebih rendah di AS membuat dolar kurang menarik bagi investor, mendorong mereka mencari aset di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
- Respons Positif Pasar Domestik: Komitmen pemerintah Indonesia dalam negosiasi tarif dengan AS terkait tarif 32% juga direspons positif oleh pasar domestik. Ini menunjukkan stabilitas dan upaya pemerintah dalam menjaga iklim investasi.
- Sentimen "Risk On" Global:Secara umum, terjadi sentimen "risk on" di pasar ekuitas global. Investor cenderung berani mengambil risiko dan mengalihkan dana ke aset-aset yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi di luar dolar AS.
Perbandingan dengan Mata Uang Asia Lainnya
Penguatan rupiah selaras dengan tren di Asia. Hingga pukul 15.00 WIB, baht Thailand memimpin penguatan dengan melonjak 0,33%, diikuti oleh won Korea Selatan (naik 0,23%), dan peso Filipina (menanjak 0,19%). Dolar Singapura dan rupee India juga terpantau terapresiasi tipis. Namun, tidak semua mata uang Asia menguat. Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam (anjlok 0,31%), diikuti oleh ringgit Malaysia dan yen Jepang yang sedikit terkoreksi.Apa yang Perlu Diwaspadai ke Depan?
Meskipun rupiah menunjukkan kinerja yang kuat, para analis menyarankan untuk tetap waspada terhadap beberapa faktor:- Data Ekonomi AS: Pelaku pasar menantikan rilis data klaim pengangguran awal AS malam ini, serta data inflasi AS dan keputusan suku bunga Bank Indonesia pekan depan. Data-data ini akan sangat memengaruhi pergerakan dolar AS. Jika data klaim pengangguran menunjukkan perbaikan, dolar AS berpotensi menguat kembali.
- Kebijakan Perdagangan Trump: Pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai kenaikan tarif untuk tembaga dan timbal balik untuk Brasil, serta bea masuk untuk Korea Selatan dan Jepang, meskipun dampaknya terbatas, tetap menimbulkan kewaspadaan akan potensi eskalasi perdagangan di masa mendatang.