KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil menguat tajam pada perdagangan Kamis (12/1). Penguatan rupiah bisa berlanjut andai data inflasi Amerika Serikat (AS) semakin terkendali. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, mata uang Garuda sukses menguat karena tren indeks dolar AS cenderung melemah. Pasar berekspektasi bahwa data inflasi AS yang bakal dirilis malam ini (12/1) melanjutkan penurunan. Sehingga, berimplikasi pada ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang lebih terbatas pada rapat FOMC mendatang. Selain pelemahan dolar AS, rupiah menguat juga ditopang oleh pengumuman dari Pemerintah terkait kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Pemerintah berencana untuk memperluas kewajiban DHE bagi eksportir tidak hanya eksportir dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan, tapi juga sektor manufaktur.
Perluasan cakupan kewajiban DHE bagi sektor manufaktur diperkirakan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah sejalan dengan terjaganya
supply dan
demand valas di dalam negeri.
Baca Juga: Terkuat di Asia, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.339 Per Dolar AS Pada Hari Ini "Dengan aturan ini, likuiditas valas di perekonomian akan cukup
ample sehingga stabilitas nilai tukar dapat terjaga, terutama ketika terjadi peningkatan permintaan Dollar AS secara global," jelas Josua kepada kontan.co.id, Kamis (12/1). Namun, lanjut Josua, aturan DHE ini perlu mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) yang berencana untuk melakukan operasi moneter valas yang berimplikasi pada potensi perbankan nasional untuk menawarkan tingkat suku bunga deposito valas yang kompetitif. Dengan demikian, para eksportir dapat menempatkan DHE pada perbankan nasional. Bila regulasi dapat diimplementasikan, maka para pelaku ekspor juga mendapatkan insentif lebih untuk menempatkan dananya di dalam negeri. Dukungan BI melalui aturan tersebut juga dapat mendorong keberlanjutan insentif bagi para eksportir di jangka panjang. Analis DCFX Futures Lukman Leong menambahkan bahwa rupiah melanjutkan penguatan di tengah sentimen positif investor akan rencana Presiden Jokowi merevisi PP Nomor 1 Tahun 2019. Langkah tersebut diharapkan bisa meningkatkan cadangan devisa. Indeks dolar sendiri masih datar, dengan investor menantikan data inflasi AS malam ini. Pergerakan rupiah sendiri dinilai masih bergantung pada data inflasi AS. Konsensus memperkirakan penurunan inflasi AS
month on month (MoM) 0,1% - 0,2% dan untuk
year-on-year (YoY) turun dari 7,1% menjadi 6,5%. "Apabila sesuai dengan perkiraan, maka rupiah berpotensi kembali menguat," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (12/1).
Baca Juga: Berotot, Rupiah Jisdor Menguat Tajam ke Rp 15.366 Per Dolar AS Pada Kamis (12/1) Lukman menambahkan, selanjutnya investor akan mengalihkan perhatian pada rilis data perdagangan Indonesia Senin depan. Revisi aturan DHE tersebut dinilai masih akan kuat mendukung rupiah dalam waktu dekat. Dia memperkirakan rupiah bakal bergerak di rentang Rp 15.250 - Rp 15.400 per dolar AS. Sedangkan, Josua memproyeksikan USD/IDR akan berada di rentang Rp 15.250 - Rp 15.375 per dolar AS pada perdagangan besok, Jumat (13/1). Jika inflasi AS cenderung lebih rendah dari perkiraan, maka sentimen
risk-on cenderung mendominasi. Adapun nilai tukar rupiah Jisdor menguat 1,04% ke level Rp 15.366 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (12/1). Rupiah spot juga ditutup melonjak 0,93% ke Rp 15.339 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi