Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Berkat Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan BI



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (19/9). Penguatan ini terjadi berkat pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI).

Mengutip Bloomberg, rupiah spot berada di posisi Rp 15.239 per dolar AS atau menguat sekitar 0,63% dari penutupan hari sebelumnya. Sedangkan, Rupiah Jisdor Bank Indonesia terpantau menguat 0,41% ke level Rp 15.287 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyebut menguatnya nilai tukar rupiah karena dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS. Mata uang negeri paman sam tersebut sedang terpuruk usai pemangkasan suku bunga acuan.


Baca Juga: Meski Menguat, Rupiah Diprediksi Sulit Tembus di Bawah Rp 15.000 Tahun Ini

Seperti diketahui, Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu (18/9) memangkas suku bunga 50 bps di kisaran 4,75%-5,00%. Keputusan tersebut diambil karena menilai inflasi bakal terus surut ke target tahunan bank sentral AS sebesar 2%.

Selain itu, para pembuat kebijakan melihat suku bunga acuan Fed berpotensi turun 50 bps lagi pada akhir tahun 2024, kemudian 100 bps lagi pada tahun 2025, dan 50 bps lagi pada tahun 2026 hingga berakhir pada kisaran 2,75%-3,00%.

"Suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi pertanda baik bagi aktivitas ekonomi," jelas Ibrahim dalam risetnya, Kamis (19/9).

Ibrahim menilai, suku bunga AS mungkin akan turun dalam jangka pendek berdasarkan komentar dari Ketua Fed, Jerome Powell. Namun bank sentral AS tersebut kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka menengah hingga panjang.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.239 Per Dolar AS, Terbaik Sejak Agustus 2024

Selain itu, rupiah didukung faktor internal yakni adanya pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Rabu (18/9). Keputusan BI tersebut dinilai berani, taktis dan antisipatif (preemptive) untuk menopang perekonomian di tengah indikasi ekonomi melemah karena terjadi deflasi secara berturut-turut.

"Keputusan menurunkan suku bunga acuan ini menjadi bukti bahwa BI tak sekadar mengekor pada bank sentral Amerika (the Fed)," ujar Ibrahim.

Ibrahim memandang, jika ekspektasi inflasi mengarah ke target sasaran 2,5% dan kurs rupiah tetap stabil, maka masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Setidaknya ruang penurunan 50-75 bps menjadi 5,50-5,25% yang diharapkan menjadi stimulus perekonomian.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mencermati, Rupiah dan mata uang regional, serta mata uang utama dunia lainnya, pada umumnya menguat terhadap dolar AS hari ini. Hal tersebut menyusul aksi jual secara masif (sell off) akibat keputusan bunga The Fed.

"Investor mencerna keputusan the Fed yang memangkas suku bunga sebesar 50bps semalam, dan meningkatkan harapan kemungkinan pemangkasan sebesar itu akan kembali terjadi pada pertemuan mendatang," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).

Baca Juga: Antisipasi Profit Taking, Rupiah Diproyeksikan Bertahan di Rp 15.300 Per Dolar AS

Menurut Lukman, rupiah kemungkinan lanjut menguat di perdagangan akhir pekan, Jumat (20/9). Pasalnya, dolar AS dipandang masih tertekan hasil FOMC The Fed. Di sisi lain, investor juga menantikan data pekerjaan AS yakni klaim pengangguran nanti malam.

Dari Asia, investor mengantisipasi pengumuman suku bunga China. Apabila bank sentral China mengikuti tren bank sentral dunia lainnya yang memangkas suku bunga, maka hal ini akan mendukung nilai tukar rupiah.

"Rupiah diperkirakan masih berpotensi melanjutkan penguatan terhadap dolar AS," imbuh Lukman.

Lukman memperkirakan, rupiah akan menguat dalam kisaran Rp 15.150 – Rp 15.300 per dolar AS di perdagangan Jumat (20/9). Sedangkan, Ibrahim memproyeksi, rupiah akan menguat  di rentang Rp 15.150 – Rp 15.250 per dolar AS.

Selanjutnya: UNIQLO Hadirkan Kolaborasi Terbaru Fall/Winter 2024 dengan COMPTOIR DES COTONNIERS

Menarik Dibaca: 4 Cara Mencukur Bulu Ketiak yang Benar agar Tidak Iritasi, Sudah Tahu?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto