Rupiah Menguat Tipis di Perdagangan Kamis (5/10)



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah menguat tipis di perdagangan hari ini, Kamis (5/10). Minat pasar kembali bergairah di pasar usai informasi data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) melemahkan dolar.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, rupiah cenderung menguat terutama pasca-pembukaan, setelah risk appetite investor meningkat di pasar keuangan Asia. Peningkatan ini disebabkan oleh melemahnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) serta data sektor jasa AS.

Namun, sentimen tersebut cenderung tertahan karena Dolar AS kembali berbalik menguat. Alhasil rupiah ditutup menguat tipis 0,11% ke level Rp 15.615 per dolar AS di perdagangan hari ini, Kamis (5/10).


Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, penurunan dolar di awal sesi akibat tekanan dari laporan ketenagakerjaan ADP yang naik tapi kurang dari perkiraan. Hal itu membuat imbal hasil T-note lebih rendah dan melemahkan dolar.

Baca Juga: Menakar Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Postur APBN 2023

Terjadinya rebound saham pada hari Rabu (4/10) turut membatasi permintaan likuiditas terhadap dolar. Namun, berita ekonomi yang lebih baik mengenai pesanan pabrik AS pada bulan Agustus dan indeks jasa ISM bulan September telah membatasi penurunan dolar.

“Itulah sebabnya rupiah agak menguat di hari perdagangan hari ini,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).

Sutopo memperkirakan, rupiah akan diperdagangkan dalam rentang Rp 15.550 per dolar AS–Rp 15.625 per dolar AS di perdagangan besok, Jumat (6/10). Pasar masih menunggu data pengangguran AS hari ini dan data pekerjaan besok yang akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.618 Per Dolar AS Pada Hari Ini (5/10)

Sementara, Josua melihat potensi penguatan rupiah di perdagangan esok pada kisaran Rp 15.575 per dolar AS–Rp 15.675 per dolar AS. Proyeksi tersebut apabila terdapat kenaikan pada US Initial Jobless Claims, sehingga menjadi sentimen mendorong kembali naiknya risk appetite di pasar global.

“Namun, penguatan ini cenderung terbatas karena investor akan bakal wait and see menjelang data NFP dan tingkat pengangguran AS, yang dirilis Jumat mendatang,” imbuh Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati