KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis di perdagangan Selasa (12/12). Rupiah bergerak datar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang rilis data inflasi AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah bergerak sideways alias datar dalam rentang yang terbatas pada perdagangan hari ini, sejalan dengan pergerakan mata uang Asia lainnya. Pergerakan terbatas rupiah disebabkan oleh sikap investor yang menanti data inflasi AS, Selasa (12/12) malam waktu Indonesia. Inflasi AS bulan November diperkirakan 0,0% secara bulanan dan 3,1% secara tahunan atawa year on year (YoY) dari bulan sebelumnya 3,2% YoY, sementara inflasi inti diperkirakan stabil di kisaran 4,0%.
“Data inflasi ini akan menjadi salah satu rujukan proyeksi arah dari kebijakan Fed ke depannya,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12). Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,11% ke Rp 15.631 Per Dolar AS, Selasa (12/12) Josua melihat, sejauh ini investor masih memperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga di bulan Desember 2023. Serta, The Fed diproyeksi mulai melakukan pemotongan suku bunga di pertengahan tahun 2024. Pada perdagangan Rabu besok, Josua memprediksi rupiah akan bergerak menguat terbatas yang sejalan dengan proyeksi bahwa tingkat inflasi AS akan cenderung stagnan di bulan November 2023. Pasca inflasi, investor juga akan melihat bagaimana sinyal Fed untuk 2024 dari FOMC Deember. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menilai, rupiah dan mata uang regional lainnya pada umumnya bergerak datar di perdagangan hari ini. Investor cenderung wait and see menantikan data inflasi AS Sementara itu, Lukman mengatakan, rilis data inflasi AS malam nanti akan menentukan nasib rupiah di perdagangan besok, Rabu (13/12). Namun apabila inflasi sesuai dengan perkiraan, investor masih akan menantikan FOMC meeting pada Rabu malam. Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Menguat Tipis ke Rp 15.621 Per Dolar AS, Selasa (12/12)