Rupiah menunggu data makroekonomi



JAKARTA. Kinerja rupiah loyo pada akhir pekan. Di pasar spot, Jumat (13/3), rupiah di tutup melemah 0,17% dibanding hari sebelumnya terhadap dollar AS. Pada kurs tengah dollar AS di Bank Indonesia (BI), rupiah terdepresiasi 0,11%.

Reny Eka Putri, analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, pelemahan rupiah di dominasi oleh faktor eksternal. Sebab, belum ada data ekonomi dalam negeri yang berdampak signifikan menggerakkan rupiah. Faktor eksternal yang dimaksud adalah spekulasi suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve) mengingat perbaikan ekonomi AS terlihat cukup solid. Penambahan lapangan pekerjaan AS dan turunnya tingkat pengangguran mendorong penguatan dollar secara tajam.

“Hari ini pelaku pasar cenderung wait and see sambil menunggu data neraca perdagangan Indonesia,” ujar Reny.


Ia memprediksi neraca perdagangan Indonesia bulan Februari akan mengalami surplus. Namun, meski demikian, hal ini tidak berdampak signifikan terhadap penguatan rupiah. Diperkirakan, surplus neraca perdagangan Februari sebesar US$ 600 juta. Angka ini lebih kecil dibanding surplus bulan Januari sebesar US$ 710 juta. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati rapat Dewan Gubernur BI, besok

Putu Agus Pransuamitra, Research & Analyst PT Monex Investindo Futures memprediksi hari ini rupiah akan menguat terbatas karena pelaku pasar menanti  hasil rapat BI pada Selasa (17/3). “Prediksinya BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga,” kata dia.

Pemerintah pun hari ini di perkirakan akan menggelontorkan berbagai kebijakan untuk menstabilkan rupiah “Ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah siap untuk menjaga rupiah,” kata Putu.

Hari ini, Reny memperkirakan USD/IDR akan bergerak di kisaran 13.130-13.277. Sementara Putu memprediksi rupiah hari ini di kisaran Rp 13.060 – Rp 13.290 per dollar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia