Rupiah menyeret harga global bond



JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi Indonesia berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) menemui tantangan. Penentuan kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi yang terus mulur serta pelemahan kurs rupiah bisa mengganjal rencana penerbitan.

Di pasar sekunder, harga obligasi global korporasi pun terkoreksi, bersamaan dengan anjloknya harga obligasi global Republik Indonesia (RI). Obligasi global PT Pertamina bertenor 10 tahun di pasar sekunder turun harga menjadi 97 akhir pekan lalu. Obligasi yang diterbitkan pertengahan Mei 2013 ini dijual di pasar perdana dengan harga 100.

Penurunan harga obligasi Pertamina mengerek imbal hasil surat utang ini dari 4,3% waktu penerbitan menjadi 4,68%. Meski naik, imbal hasil obligasi ini selisih tipis dengan imbal hasil obligasi global RI di angka 4,02% (lihat tabel).


Head of Fixed Income BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo mengatakan, pelemahan rupiah berpengaruh terhadap kenaikan credit default swap (CDS) alias premi obligasi Indonesia. Ujung-ujungnya, imbal hasil obligasi global korporasi juga naik.

Menurut dia, obligasi global korporasi di negara Asia tidak dapat dibandingkan langsung. "Harus apple to apple tenor dan peringkat. Selain itu, harga bisa terendah tapi belum tentu imbal hasil lebih tinggi dibanding," kata Herdi, Minggu (2/5).

Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, nilai tukar rupiah yang terus melemah mengakibatkan obligasi global korporasi kurang menarik. "Ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya risiko mata utang," kata Desmon, akhir pekan lalu.

Korporasi perlu melihat tren pelemahan rupiah. Jika pelemahan makin buruk, emiten harus mempertimbangkan untuk menunda emisi obligasi global, menunggu kondisi lebih stabil. Dalam lima bulan pertama tahun ini, total penerbitan obligasi global korporasi mencapai US$ 6,49 miliar dan S$ 155 juta oleh 12 perusahaan Indonesia.

Pemilihan denominasi surat utang tergantung kebutuhan pendanaan. Kalau kebutuhannya dollar AS dan ingin akses ke pasar di luar negeri, maka obligasi global menjadi pilihan. Herdi menambahkan, kalau pendapatan dalam rupiah, korporasi sebaiknya menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah, bukan dollar AS.

Obligasi Global Pemerintah RI
 
Tenor 5 tahun %
Periode 30/4/2013 31/5/2013  
Harga 120,38 118,63 -1,45%
Yield to Maturity (%) 2,28 2,57 12,57%
CDS (bps) 129,77 162,68 25,36%
 
Tenor 10 tahun %
Periode 30/4/2013 31/5/2013  
Harga 102,23 94,75 -7,31%
Yield to Maturity (%) 3,11 4,03 29,30%
CDS (bps) 198,38 249,03 25,53%
 
sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati