Rupiah Mulai Melemah, Intip Investasi Valas Pilihan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah alami penguatan sepanjang April, rupiah mulai melemah terhadap major currency. Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dianggap menjadi mata uang pilihan dalam kondisi saat ini.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, indeks dolar (DXY) pada hari Kamis (11/5) naik sebesar 0,57% ke level tertingginya dalam sepekan. Sebabnya, pelemahan saham yang mendorong permintaan likuiditas untuk dolar AS.

"Dolar juga mendapat dukungan sebagai aset lindung nilai dari gejolak sektor perbankan, setelah harga saham PacWest Bancorp anjlok saat mengatakan simpanan turun pekan lalu," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (12/5).


Selain itu, producer price index (PPI) akhir April AS turun ke level terendah 2 tahun di 2,3% YoY dari 2,7% di bulan Maret. Angka itu lebih lemah dari ekspektasi 2,5% YoY. PPI April, selain makanan dan energi turun ke level terendah 2 tahun di 3,2% YoY dari 3,4% YoY di bulan Maret, lebih lemah dari ekspektasi 3,3% YoY.

"Penguatan indeks terlihat sebagai bagian dari aksi profit taking yang membuat IDR melemah belakangan ini," terang Sutopo.

Baca Juga: Didorong Permintaan Safe Haven, Dolar AS Menguat Sepekan Ini

Sutopo pun memprediksi dolar AS masih akan menguat. Hal tersebut didorong dari kesepakatan plafon utang terjadi, pertumbuhan ekonomi yang masih dinamis, dan penurun inflasi yang mulai terlihat masih mendukung dolar AS.

Dia pun menilai investor dapat melirik dolar AS sebagai mata uang yang menarik dimiliki. "Dolar AS juga sebagai mata uang cadangan, lebih aman," kata dia.

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong justru berpandangan, memiliki cash rupiah lebih menguntungkan dibandingkan dengan mata uang asing lainnya. Sebab, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini merupakan koreksi wajar akibat profit taking.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,20% ke Rp 14.752 per Dolar AS, Jumat (12/5)

"Terlebih data cadangan devisa minggu ini menunjukkan penurunan," kata Lukman.

Prospek rupiah juga dinilai masih sangat positif. Hal ini diperkirakan revisi PP No 1 2019 dhe akan terbit tidak lama lagi.

Selain rupiah, Lukman melihat dolar AS karena suku bunga paling tinggi di antara semua mata uang utama dunia. Selain itu ada dolar Singapura (SGD) yang dengan suku bunga yang tinggi dan didukung current account dan surplus perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati