Rupiah Naik-Turun Tajam, BI Yakin Situasi Aman



JAKARTA. Banyak jantung yang berdebar kencang melihat fluktuasi nilai tukar rupiah sepanjang hari, kemarin (4/11). Nilai tukar rupiah sempat anjlok hingga Rp 11.275 per dolar Amerika Serikat (AS). Tapi, untungnya situasi kemudian mereda. Dan sampai pukul 21.00 WIB, rupiah kembali menguat Rp 10.800 per dolar AS.

Tentu pertanyaan semua orang sekarang adalah: apakah rupiah bisa stabil di bawah Rp 11.000 per dolar AS? Para Analis memperkirakan, sampai akhir tahun ini, nilai tukar rupiah masih sulit beranjak dari kisaran Rp 10.000 sampai Rp 11.200 per dolar AS.

Sebabnya, permintaan terhadap dolar AS masih tinggi, antara lain dari kebutuhan impor. Apalagi, selama ini perusahaan importir umumnya melakukan transaksi valuta asing secara bersamaan. Alhasil, "Permintaan dolar naik secara tiba-tiba dan nilai rupiah terpuruk," kata Frans Darwin Sinurat, Tresuri Bank Century, kemarin.


Selain itu, ada pemilik dana asing yang menarik simpanannya di Indonesia karena pemerintah tidak menjamin simpanan di atas Rp 2 miliar. Mereka memindahkan dana tersebut ke negara lain yang menjamin 100% simpanan di bank, misalnya Malaysia dan Singapura. "Investor lebih tertarik pada negara tetangga," ucap Kepala Ekonom Bank BNI Tony Prasetiantono.

Tapi, ada penegasan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono. BI akan tetap mengawal rupiah dengan terus berada pasar. Boediono tidak terlalu khawatir melihat pergerakan rupiah. Sebab, penurunan nilai tukar rupiah masih lebih baik ketimbang anjloknya nilai tukar mata uang Asia yang lain.

Dalam hitungan BI, sejak awal tahun rupiah turun 13,71%. Sementara peso Filipina 14,91%, baht Thailand 15,44%. "Penurunan won Korea lebih tajam lagi hingga 27,19%," kata Boediono.

Kendati ada jaminan itu, para pelaku pasar menyarankan BI bertindak cepat dengan memberlakukan penjaminan yang menyeluruh untuk seluruh simpanan di bank alias blanket guarantee. Kebijakan ini penting untuk meyakinkan pemilik duit agar tidak memindahkan dananya ke luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie