Rupiah paling lemah, BI menilai masih wajar



JAKARTA. Rupiah makin tidak berdaya menghadapi dollar Amerika Serikat (AS). Dalam perdagangan Jumat (12/12), nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) ditutup Rp 12.432 per dollar AS, melemah 0,78% dibanding posisi Kamis (11/12).

Terakhir, mata uang garuda ada di level 12.400 pada 26 November 2008. Meski begitu, BI menilai pelemahan rupiah ini masih wajar. Soalnya, dollar AS di pasaran memang lagi menguat akibat perbaikan ekonomi negeri Paman Sam.

Tambah lagi, ada kecenderungan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) mempercepat kenaikan suku bunganya. Dua faktor itu yang menyebabkan semua mata uang dunia termasuk rupiah melemah terhadap dollar AS.


"Kami tidak bisa mencegahnya (pelemahan rupiah). BI tetap ada di pasar untuk menjaga agar volatilitas rupiah dalam batas yang baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

Apalagi, sejauh ini performa rupiah terbilang cukup oke ketimbang mata uang negara lain. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah hanya melemah sebesar 3,11% sejak awal Juli 2014 lalu.

Adapun pelemahan rupe India yang sebesar 4,22%, kemudian ringgit Malaysia 9,01%, dan real Brasil yang mencapai 20,77%. Oleh karena itu, BI tak akan melakukan kebijakan khusus untuk menguatkan otot mata uang merah putih.

Bank sentral juga tidak bakal mengerek suku bunga acuan atawa BI rate gara-gara pelemahan rupiah, tetap di posisi 7,75%. Menurut Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Aset Manajemen, pelemahan rupiah kali ini hanya sementara.

Selain pengaruh AS, nilai tukar rupiah melemah juga akibat permintaan dollar AS yang tinggi di akhir tahun untuk pembayaran utang. Tak hanya itu, kebutuhan dollar AS juga meningkat menjelang tutup tahun untuk keperluan liburan panjang akhir tahun.

Cuma, Lana memperkirakan, menjelang Natal, permintaan dollar AS akan berkurang. Walhasil, rupiah mulai menguat. Di akhir tahun, nilai tukar rupiah akan bertengger di posisi Rp 12.300 per dollar AS. Penguatan ini berlanjut ke tahun depan, dengan nilai tukar di kisaran Rp 11.500– Rp 12.000 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto