KONTAN.CO.ID.JAKARTA. Sentimen eksternal nampaknya kembali mengungkit otot rupiah. Kemarin, rupiah di pasar spot menguat 1,31% ke Rp 14.082 per dollar Amerika Serikat (AS). Adapun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia menguat 1,71% menjadi Rp 14.105 per dollar AS. Penguatan ini pula yang membuat Bank Indonesia (BI) tidak memenangkan satupun penawaran yang masuk dalam lelang domestic non deliverable forward (DNFD), kemarin (7/1). “BI tak ambil satupun penawaran karena saat lelang kurs spot rupiah menguat tajam sehingga kurs DNDF lebih murah disbanding lelang BI di Rp 14.168 per dollar AS,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsyah kepada kontan.co.id, kemarin (7/1). Penguatan rupiah kali ini terjadi di tengah situasi pasar keuangan global yang diwarnai optimisme atas prospek hasil negosiasi kesepakatan sengketa dagang Amerika Serikat dan China, serta perubahan sikap Chairman FOMC Jerome Powell. Jika sebelumnya tegas akan menaikkan suku bunga dua kali di 2019, Powell dalam peryataan pekan lalu mengisyaratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi kedepan.
Rupiah perkasa, BI tak ambil penawaran di lelang DNDF
KONTAN.CO.ID.JAKARTA. Sentimen eksternal nampaknya kembali mengungkit otot rupiah. Kemarin, rupiah di pasar spot menguat 1,31% ke Rp 14.082 per dollar Amerika Serikat (AS). Adapun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia menguat 1,71% menjadi Rp 14.105 per dollar AS. Penguatan ini pula yang membuat Bank Indonesia (BI) tidak memenangkan satupun penawaran yang masuk dalam lelang domestic non deliverable forward (DNFD), kemarin (7/1). “BI tak ambil satupun penawaran karena saat lelang kurs spot rupiah menguat tajam sehingga kurs DNDF lebih murah disbanding lelang BI di Rp 14.168 per dollar AS,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsyah kepada kontan.co.id, kemarin (7/1). Penguatan rupiah kali ini terjadi di tengah situasi pasar keuangan global yang diwarnai optimisme atas prospek hasil negosiasi kesepakatan sengketa dagang Amerika Serikat dan China, serta perubahan sikap Chairman FOMC Jerome Powell. Jika sebelumnya tegas akan menaikkan suku bunga dua kali di 2019, Powell dalam peryataan pekan lalu mengisyaratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi kedepan.