Rupiah potensial menguat



JAKARTA. Sepekan ini rupiah berhasil menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) karena ditopang oleh sejumlah faktor eksternal. Sedangkan pekan depan, rupiah berpotensi kembali menguat karena efek turunnya harga bahan bakar minyak (BBM).

Di pasar spot, Jumat (16/1) rupiah melemah 0,28% dari hari sebelumnya menjadi Rp 12.590 dan dalam sepekan menguat 0,45%. Catatan kurs tengah Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, kemarin kemarin menguat 0,2% ke Rp 12.593 dalam sehari dan menguat 0,37% sepekan.

Tonny Mariano, Analis PT Harvest International Futures, memaparkan sejumlah faktor eksternal mempengaruhi pergerakan rupiah pekan ini. Pertama, turunnya harga komoditas terutama minyak yang menyebabkan aktivitas negatif di bursa saham.


Kedua, kekhawatiran pelaku pasar global terhadap pertumbuhan ekonomi global. Ini memberi efek negatif pada rupiah. "Antisipasi resesi global ini menyebabkan permintaan dollar AS meningkat," jelas Tonny.

Ia memprediksi, sepekan ke depan rupiah cenderung menguat di Rp 12.400-Rp 12.650. "Penurunan harga BBM menjadi katalis bagus bagi rupiah," jelasnya. Tapi Tonny mengingatkan, hasil pertemuan ECB Kamis mendatang tentang penggelontoran stimulus bisa menahan laju rupiah.

EUR kembali ambruk dan USD menguat. Albertus Christian, Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures, menduga, ECB akan menggelontorkan stimulus sebesar 1 triliun EUR.

Efeknya memang bisa mengerek dollar AS. Tapi stimulus ECB berpotensi mengalirkan dana asing ke Indonesia. "Capital inflow dalam negeri tertopang, rupiah menguat," kata Christian.

Christian menduga, pada Senin dan Selasa rupiah akan terkoreksi. Tapi pada Rabu-Jumat bisa kembali konsolidasi. Rupiah akan bergerak di Rp 12.520-Rp 12.700. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto