Rupiah rawan terkoreksi



JAKARTA. Rupiah menguat tipis dalam sepekan terakhir. Di pasar spot, Jumat (27/3), pasangan USD/IDR turun 0,40% ke 13.070 dibanding hari sebelumnya.

Namun, dalam sepekan, rupiah menguat 0,41%. Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 0,46% ke Rp 13.064 per dollar AS tapi, dalam sepekan terakhir, menguat tipis 0,08%.

Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank BNI Tbk Trian Fathria mengatakan, rupiah kemarin melemah karena pernyataan dovish Presiden The Fed, Janet Yellen dalam pidatonya pekan sebelumnya Rabu (18/3). "Efek dovish Yellen terasa hingga minggu ini, indeks dollar AS sempat merangkak di bawah," kata Trian.


Ini yang menjadi pendorong rupiah untuk menguat. Senior Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Sri Wahyudi menambahkan, dollar AS hanya melemah sementara. "Dalam dua hari terakhir ini sudah menguat lagi," kata dia.

Indeks dollar AS terus menguat karena data ekonomi AS, Kamis (26/3), seperti klaim pengangguran kembali positif. Selain itu, pasar menanti data produk domestik bruto Februari 2015 AS yang diprediksi naik menjadi 2,4% dari 2,2%.

Jika nanti data GDP ini benar positif, maka pergerakan rupiah untuk seminggu masih tertekan. "Data ekonomi AS yang positif menjelang akhir pekan, akan membuat sepekan mendatang rupiah koreksi," kata Trian.

Sedangkan data ekonomi dalam negeri malah akan membuat rupiah tertekan. Pasalnya, data inflasi yang rilis 1 April 2015 diprediksi akan naik. Selain itu, secara historikal ketika mendekati akhir bulan, permintaan dollar AS dalam negeri akan tinggi untuk memenuhi kebutuhan korporasi membayar utang dalam dollar AS.

Karena itu, kedua analis memproyeksikan, rupiah akan koreksi. Wahyudi memperkirakan, pasangan USD/IDR di 12.899–13.248 dan Trian 12.900–13.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto