JAKARTA. Presiden Joko Widodo meyakini krisis moneter tahun 1998 tidak akan kembali terulang di Indonesia. Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar kali ini berbeda dengan yang terjadi saat itu. "Beda loh, jangan disamakan dengan tahun 1998. Itu dari Rp 2.000 meloncat ke Rp 15.000. Ya enggak? Ini yang paling penting menurut saya, Bank Indonesia sudah menjaga volatilitas agar terjaga dengan baik," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (12/3). Dia menilai, lemahnya nilai tukar terhadap dollar AS tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lainnya, seperti Malaysia dan Rusia. Dia pun yakin, perekonomian Indonesia tidak akan terlalu berpengaruh atas lemahnya nilai tukar rupiah itu.
Jokowi berpendapat, kondisi ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat untuk bertahan dalam kondisi krisis. Dia menyebutkan adanya kebijakan pengalihan subsidi BBM yang memberikan ruang fiskal lebih besar dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).