Rupiah Rp 14.000, ini yang dikhawatirkan bankir



JAKARTA. Nilai tukar mata uang merupakan cerminan ekonomi sebuah negara. Semakin kuat nilai tukar mata uang negara, semakin kuat pula ekonominya. Begitu pun sebaliknya.

Nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk seperti saat ini, di khawatirkan oleh para bankir bakal menghilangkan kepercayaan dunia usaha kepada kemampuan pemerintah dalam mengendalikan nilai tukar.

Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Utama Bank Index Charlie Paulus. Menurutnya, penurunan nilai tukar Rupiah ini merupakan signal yang sangat jelek bagi dunia usaha, terutama yang mempunyai eksposure besar terhadap dollar Amerika Serikat. Apalagi jika nanti rupiah berada di level Rp 14.000 per dollar, maka kondisi ekonomi akan lebih sulit lagi, karena sektor migas, yang merupakan penyedot dollar paling besar, masih mengalami defisit.


Seperti diketahui pada Juni 2015 lalu, Badan Pusat Statistik BPS mencatat bahwa neraca perdagangan migas defisitnya mencapai US$ 1,12 miliar.

“Kalau USD naik terus, taruh-lah sampai 14.000, maka ekonomi menjadi susah, karena kita masih banyak mengimpor barang, termasuk BBM. Jadi semua akan sulit, bukan hanya bank,” kata Charlie kepada KONTAN, Jumat, (14/8). Saat ini Bank Index sendiri mengaku belum melakukan stress test terkait dengan potensi semakin melemahnya rupiah. Itu disebabkan, rasio kredit dalam bentuk dollar AS masih berada di level 1% dari total kredit alias tidak terlalu besar.

Dengan prediksi kondisi makro ekonomi seperti yang terjadi sekarang, Charlie memprediksi sampai akhir tahun, tingkat kredit macet Bank Index masih akan terjaga di bawah 1%. Selain itu rasio kredit berbanding dana pihak ketiga diprediksi masih akan berada di angka 85%. Sedangkan pertumbuhan kredit akan berada di level 15%. Pada semester I-2015, laba bersih Bank Index masih membukukan kenaikan sebesar 6,4% menjadi Rp 44,27 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan