KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali ketar-ketir menghadapi tekanan eksternal. Terbaru, krisis ekonomi Turki yang membuat mata uang lira ambruk turut menyeret mata uang Garuda di awal pekan ini. Lihat kemarin, kurs spot rupiah terkoreksi 0,9% menjadi Rp 14.608 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara lira melemah 6,70% menjadi 6,86 per dollar AS. Ini melanjutkan pelemahan akhir pekan, di mana lira ambruk 15% ke posisi 6,43 per dollar AS. Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, pelemahan rupiah yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara terjadi lantaran pasar panik dengan krisis di Turki. Apalagi, Indonesia sempat disebut termasuk salah satu negara yang masuk dalam kategori
Fragile Five, bersama Turki, Brasil, India dan Afrika Selatan.
Memang negara yang masuk kategori
Fragile Five ini juga mengalami pelemahan mata uang yang cukup signifikan. Rupee India semisal, kemarin melemah 1,59% menjadi 69,9287 per dollar AS. Ini juga jadi kurs terendah rupee sepanjang masa. Setali tiga uang, rand Afrika Selatan pun terperosok 1,69% menjadi 14,327 per dollar AS pada awal pekan ini. Ini juga jadi rekor tertinggi rand di tahun ini. Sedang Brasil yang melemah 0,81% ke level 3,8957 per dollar AS. Lebih lanjut analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut, posisi defisit transaksi berjalan atawa
current account deficit (CAD) Indonesia kuartal II-2018 yang membengkak mencapai US$ 8 miliar atau 3% dari produk domestik bruto (PDB) semakin menekan rupiah. Asal tahu saja, defisit transaksi berjalan juga dialami oleh Turki. CAD Turki lebih tinggi, lantaran di Juni lalu mencapai 5,5% dari PDB. Posisi rupiah semakin rentan lantaran komposisi investor asing di pasar keuangan dalam negeri tergolong besar. "Investor asing di bursa saham sekitar 38% dan di SUN 40%, pada saat asing terkena sentimen negatif mereka langsung
capital outflow itu yang buat saham anjlok, nilai tukar anjlok," kata Fikri C. Permana, Ekonom Pefindo. Tekanan lanjutan Namun, Reny optimistis pelemahan rupiah karena tersenggol sentimen krisis Turki tidak akan berlangsung lama. "Bentuk kerjasama perdagangan Indonesia dengan Turki sangat kecil, seharusnya sentimen ini bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan dalam jangka panjang," ujar dia. Tapi selanjutnya, rupiah bakal menghadapi tekanan dari rencana kenaikan suku bunga The Fed. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim melihat, sebenarnya posisi rupiah saat ini sudah
priced in terhadap rencana The Fed menaikkan suku bunga empat kali di tahun ini. Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak di Rp 14.500 per dollar AS untuk jangka pendek dan Rp 14.600 per dollar AS hingga akhir tahun. Sementara Fikri menghitung, di akhir tahun ini rupiah bisa bergerak di kisaran Rp 14.300–Rp 14.800 per dollar AS. Pasalnya, rupiah masih harus berhadapan dengan sentimen eksternal. Terlemah sejak 2015 Krisis ekonomi Turki menyeret pergerakan rupiah di awal pekan ini. Kemarin, kurs spot rupiah terkikis 0,90% menjadi Rp 14.608 per dollar Amerika Serikat. Ini jadi level terendah rupiah sejak Oktober 2015. Serupa, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) juga melemah 1,01% ke level Rp 14.583 per dollar AS. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelemahan mata uang Garuda ini didominasi faktor efek koreksi tajam pada lira Turki. Kemarin, pasangan USD/TRY melemah 6,72% ke level 6,86. Pelemahan ini imbas dari krisis keuangan di Turki setelah Negeri Paman Sam akhirnya benar-benar menaikkan tarif terhadap produk besi dan aluminium dari Turki. "Ini juga membuat euro melemah tajam terhadap dollar AS," jelas dia, Senin (13/8).
Koreksi rupiah semakin tak terbendung mengingat defisit transaksi berjalan atau
current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal dua melebar menjadi 3% dari PDB. "Pelemahan lira berdampak signifikan jika negara yang bersangkutan punya CAD yang tinggi," kata dia. Analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan, rupiah kian tak berdaya lantaran perekonomian AS semakin solid. "Ini membuat
outlook kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada September nanti semakin cerah," jelas dia. Pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap rancangan rencana ekonomi Turki ke depan diharapkan dapat menahan pelemahan lira. Namun, Faisyal memprediksi, rupiah hari ini masih tetap tertekan dan bergerak di rentang Rp 14.550–Rp 14.650 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia