Rupiah tak halangi produksi HP lokal



JAKARTA. Memasuki bulan ketiga tahun 2015, nilai tukar dollar Amerika Serikat semakin menguat terhadap seluruh mata uang global. Penguatan the green back itu ikut menekan rupiah. Malah, kemarin (2/3), rupiah berada di posisi terlemah hingga hampir menyentuh Rp 13.000 untuk periode sejak akhir tahun alias year to date (ytd).

Potret pelemahan rupiah itu tak urung berdampak pada sejumlah industri di tanah air. Tak terkecuali produksi telepon seluler (ponsel) lokal. Pasalnya, mayoritas komponen atau bahan baku ponsel masih dipenuhi dari impor.

Meski khawatir dengan level rupiah yang nyaris menyentuh Rp 13.000, produsen ponsel lokal masih percaya diri bisnis ponsel mereka bakal melaju. Santo Kadarusman, Public Relations dan Marketing Event Manager Polytron, menyatakan, rencana produksi ponsel Polytron tahun ini tak akan terganggu.


Namun, perusahaan itu telah melengkapi diri dengan upaya terus meningkatkan kandungan komponen lokal pada produk mereka. Polytron mengklaim saat ini tingkat kandungan komponen lokalnya mencapai 35,6%.

Meski porsi kandungan lokal saat ini masih minoritas dibandingkan dengan komponen impor, Polytron menyatakan porsi kandungan lokal itu cukup membantu menekan harga produksi. "Makanya pelemahan kurs ini tak akan membuat kami mengerek harga jual ponsel," ujar Santo kepada KONTAN, Senin (2/3).

Senada, Grup Erajaya tak akan mengerek harga jual ponsel. Perusahaan pemilik ponsel merek Venera itu juga tetap berencana melansir ponsel anyar tahun ini. "Kami juga sedang menyiapkan agar Venera bisa melansir ponsel 4G-LTE. Tapi, untuk ponsel Android One, belum ada pembicaraan dengan pihak terkait," ungkap Budiarto Halim,  pendiri Grup Erajaya.

Seperti diketahui, pemerintah mewajibkan importir ponsel yang sudah terdaftar, agar membangun pabrik di Indonesia. Maka dari itu, Grup Erajaya selaku importir, distributor dan retailer, memutuskan memproduksi ponsel Venera di Batam, Kepulauan Riau.

Perusahaan itu mengklaim siap memenuhi ketentuan aturan pemerintah tentang tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40% yang akan berlaku mulai 1 Januari 2017 nanti. Sayang, Erajaya tak membeberkan capaian porsi kandungan lokalnya.

Efisiensi biaya

Pemain ponsel lokal lain, PT Aries Indo Global juga masih akan melanjutkan rencana produksi  ponsel di pabrik Semarang, Jawa Tengah. Edward Sofiananda, Direktur Utama PT Aries Indo Global,  menyatakan, meski kurs rupiah melemah, perusahaannya tetap mempertahankan segmen pasar Evercoss di segmen menengah bawah.

Perusahaan itu optimistis tanpa mengerek harga, penjualan ponselnya dengan dukungan Android One menggiurkan. "Tak ada rencana kenaikan harga karena kami menyiasati dengan efisiensi di berbagai lini," katanya.

Pada akhir tahun lalu atau 31 Desember 2014, rupiah berada di level Rp 12.388 atau level terendah di periode itu. Rupiah lantas melemah 4,69% menjadi Rp 12.970 pada 2 Maret 2015. Level rupiah kemarin sekaligus menjadi yang terlemah setahun terakhir.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie