Rupiah Tembus Rp 15.000, Pasar Khawatir Akan Terjadi Resesi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali bergerak melemah pada perdagangan Rabu (6/7). Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu (6/7), di pasar spot rupiah ditutup melemah 0,04% ke Rp 14.999 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara, di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,16% ke level Rp 15.015 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pergerakan rupiah pada hari ini cenderung melemah hingga sempat menembus level di atas Rp 15.000 per dolar AS, didorong oleh kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi Tiongkok. 

"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi Tiongkok meningkat setelah Shanghai kembali melakukan tes masal Covid-19, sehingga dikhawatirkan salah satu pusat ekonomi Tiongkok tersebut kembali di-lockdown oleh pemerintah Tiongkok," ujar kepada Kontan.co.id, Rabu (6/7).


Baca Juga: IHSG dan Rupiah Ambruk, Bursa Saham Menanti Kenaikan Suku Bunga BI

Analis DC Futures Lukman Leong mengatakan rupiah dan mata uang lainnya masih akan terus tertekan oleh kekuatan dolar AS. Kekhawatiran resesi memicu pelepasan aset dan mata uang berisiko dan mendukung dolar AS (obligasi AS). 

"Sedangkan kebijakan kenaikan suku bunga yang drastis juga membuat dolar menjadi lebih menarik," kata Lukman.

Josua memperkirakan pelemahan nilai tukar masih cenderung bersifat jangka menengah. Dia memperkirakan rupiah akan mulai menguat secara gradual pada Agustus karena proyeksi kebijakan yang less hawkish dari Fed pasca mulainya perlambatan ekonomi AS.

Lukman mengatakan faktor eksternal yang menekan rupiah tentunya masih didominasi oleh dolar dan kekuatiran resesi. Sementara faktor internal berasal dari meningkatnya inflasi yang tentunya akan direspons BI dengan kenaikan suku bunga yang ujungnya akan menekan pertumbuhan ekonomi. Ada pula kekuatiran kembali merebaknya kasus covid-19 dalam negeri. 

Baca Juga: Nilai Tukar Wajar Rupiah Saat Ini Berada di Area Rp 14.900-Rp 15.100 per Dolar AS

Lukman mengatakan faktor yang mendukung dari internal berasal dari surplus neraca perdagangan, dan intervensi BI untuk menjaga volatilitas rupiah. Dia memperkirakan rupiah masih akan melemah dalam tekanan paling tidak hingga akhir tahun dan akan kembali bangkit apabila AS berhasil menurunkan inflasi dan menghindari resesi.

"Dengan sentimen yang berkembang sekarang dan rasionalitas dari BI dalam hal kebijakan suku bunga dan intervensi, saya melihat rupiah sangat mungkin mencapai Rp 16.000 di akhir tahun," ujar Lukman. Dia mengatakan angka rupiah yang wajar untuk kondisi saat ini berada di Rp 14.500 per dolar AS-Rp 15.500 per dolar AS. 

Josua memperkirakan rupiah akan mampu memangkas pelemahannya di akhir tahun terutama akibat dimulainya peningkatan suku bunga BI. Dia memperkirakan kurs rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.550 per dolar AS-Rp 14.750 per dolar AS di akhir tahun. Sementara pada hari Kamis, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.950-15.050 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati