KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Jumat lalu, pemerintah melakukan intervensi besar-besaran di pasar untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah yang melewati level psikologis Rp 16.000 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa intervensi tersebut dilakukan melalui tiga pasar utama: pasar spot, pasar non-deliverable forward (NDF), dan pasar obligasi pemerintah.
Pelemahan Rupiah Terkait Sentimen Global
Rupiah tercatat melemah sekitar 0,5% menjadi Rp 16.002 per dolar pada hari itu.
Penyebab utama pelemahan ini adalah sentimen global yang dipengaruhi oleh penguatan dolar AS akibat ekonomi AS yang masih menunjukkan ketahanan dan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Baca Juga: Transaksi Pasar Uang Antarbank Semarak Jelang Akhir Tahun Edi Susianto, Direktur Eksekutif untuk Pengelolaan Moneter dan Sekuritas di Bank Indonesia, mengungkapkan bahwa pihaknya melakukan intervensi agresif untuk mempertahankan kepercayaan pasar terhadap rupiah.
Proyeksi Dampak Kebijakan The Fed
Mingze Wu, seorang trader mata uang di StoneX Financial di Singapura, memperkirakan bahwa rupiah mungkin masih memiliki ruang untuk bergerak lebih rendah sebelum Bank Indonesia merasa perlu untuk bertindak lebih kuat lagi. Jika The Federal Reserve (Fed) AS lebih dovish dari yang diperkirakan, BI mungkin tidak perlu melakukan tindakan lebih lanjut, karena kebijakan Fed sudah cukup untuk menstabilkan pasar.
Dampak Penguatan Dolar dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga BI
Rupiah telah mengalami penurunan lebih dari 5% pada kuartal ini, dengan dolar AS yang kembali menguat menekan mata uang-mata uang Asia. Selain itu, keputusan Bank Indonesia yang diperkirakan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat juga dapat memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah. Meskipun demikian, Bank Indonesia terus menegaskan bahwa level fundamental rupiah lebih kuat daripada level Rp 16.000 per dolar.
Baca Juga: Dolar AS Catat Pekan Terbaik dalam Sebulan di Tengah Prospek Hati-hati The Fed Kebijakan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Rupiah
Bank Indonesia berulang kali menyatakan bahwa intervensi dilakukan untuk mengurangi volatilitas rupiah dan mempertahankan kestabilan pasar.
Meski demikian, dengan adanya tekanan global dan kebijakan suku bunga yang diperkirakan akan diturunkan, Bank Indonesia mungkin akan terus memantau kondisi pasar secara ketat untuk menentukan langkah yang tepat guna menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .