Rupiah Terbebani Ekspektasi Suku Bunga Tinggi, Intip Prediksi Untuk Selasa (19/3)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan, Senin (18/3). Kembali meningkatnya ekspektasi suku bunga tinggi menjadi beban bagi nilai tukar rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (18/3), rupiah spot ditutup melemah 0,59% ke level Rp 15.690 per dolar AS dari posisi pekan lalu Rp 15.599 per dolar AS. Sementara rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 0,30% ke posisi Rp 15.672 per dolar AS dari posisi pekan lalu Rp 15.624 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang Ariston Tjendra mengamati, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipicu rilis data inflasi Amerika yang naik di pekan lalu. Hasil data inflasi tersebut bisa mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya lebih lama.


Inflasi Consumer Price Index (CPI) AS tahunan naik 3.2% lebih dari perkiraan pasar 3,1%. Sedangkan, data inflasi Produsen Price Index (PPI) Amerika naik menjadi 0,6% lebih dari perkiraan yang hanya 0,3% dan periode sebelumnya 0,3%.

Baca Juga: Dana Asing di Pasar SBN Hengkang ke Pasar Saham Sejak Awal Tahun 2024

Alhasil, survei CME FedWatch Tool terbaru tentang probabilitas pemangkasan suku bunga acuan AS menunjukkan adanya kenaikan probabilitas bahwa suku bunga masih akan bertahan di semester I-2024.

Ekspektasi bertahannya suku bunga acuan AS lebih lama ini bisa mendorong penguatan dolar AS, menjelang hasil rapat the Fed pekan ini," jelas Ariston kepada Kontan.co.id, Senin (18/3).

Ariston menyebutkan, rupiah ke depannya akan memperhatikan The Fed yang bakal melangsungkan rapat pekan ini, dan akan mengumumkan hasil rapat pada hari Kamis (21/3) dini hari.

Dari dalam negeri, menurunnya surplus neraca perdagangan mungkin masih menjadi sentimen negatif untuk rupiah karena khawatir kalau terjadi defisit ke depannya. Surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 sebesar US$ 870 juta, turun dari surplus Januari 2024 sebesar US$ 2,02 miliar.

Terlebih lagi, Ariston mengatakan, belum ada data ekonomi baru dari AS maupun dalam negeri yang bisa mempengaruhi rupiah. Sehingga, sentimen yang terjadi saat ini mungkin masih membebani rupiah di perdagangan Selasa (19/3).

"Rupiah besok mungkin masih melemah terhadap dolar AS," tutur Ariston.

Baca Juga: Anjlok, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.691 Per Dolar AS pada Hari Ini (18/3)

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, rupiah terdepresiasi didorong oleh sentimen eksternal terkait ruang pemotongan suku bunga The Fed. Ini sejalan dengan berlanjutnya kekhawatiran investor terhadap timing pemotongan suku bunga Bank Sentral AS.

Di samping itu, rupiah terdampak Fitch Rating yang mengafirmasi rating Indonesia di level BBB, dan outlook stabil. Namun, lembaga pemeringkat itu juga mengutarakan kekhawatiran terhadap risiko fiskal Indonesia, terutama dari sisi pendapatan serta potensi peningkatan pengeluaran di pemerintah baru.

Oleh karena itu, Josua memperkirakan, pelemahan rupiah masih berlanjut di perdagangan Selasa (19/3). Investor umumnya akan menunggu hasil rapat The Fed pekan ini.

"Pada perdagangan besok, Rupiah berpotensi melemah terbatas sejalan dengan kemungkinan investor untuk menunggu hasil FOMC mendatang," ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Senin (18/3).

Josua memperkirakan rupiah bergerak dalam kisaran Rp 15.650 per dolar AS-Rp 15.750 per dolar AS di perdagangan Selasa (18/3). Sementara, Ariston memproyeksi rupiah dalam rentang Rp 15.650 per dolar AS-Rp 15.730 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati