Rupiah tergencet data ekonomi Paman Sam



JAKARTA. Otot rupiah melemah di akhir pekan ini. Data ekonomi negeri Paman Sam memicu tekanan pada mata uang Garuda.

Di pasar spot, Jumat (30/9), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,54% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.042 per dollar AS. Namun, dalam sepekan, kurs rupiah masih menguat 0,4%.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan, rupiah tergerus 0,4% ke level Rp 12.998 per dollar AS. Namun, masih terapresiasi 1% dalam sepekan.


Analis PT Garuda Berjangka, Sri Wahyudi mengatakan, rupiah kembali melemah lantaran terkena koreksi teknikal. Padahal, perkembangan program amnesti pajak masih membawa sentimen positif dari dalam negeri. "Maka tak heran, jika dalam sepekan terakhir, rupiah masih terlihat berotot," ujarnya.

Pelemahan rupiah di akhir pekan juga dipicu data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Kamis malam (29/9). Pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2016 naik ke level 1,4% dari sebelumnya 1,1%, sekaligus di atas proyeksi 1,3%. Sementara, klaim pengangguran di angka 254.000 masih lebih kecil dari prediksi sebesar 260.000. Data ini menyokong otot dollar AS.

Wahyudi memperkirakan, pekan depan, rupiah berpeluang kembali menguat. Perkembangan amnesti pajak masih akan menjadi perhatian pasar. Data inflasi dalam negeri yang akan dirilis pekan depan juga diharapkan mampu menopang laju rupiah. Sedangkan dari sisi eksternal, pasar menanti data tenaga kerja AS bulan September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini