Rupiah tergencet naiknya permintaan dollar AS



JAKARTA. Pergerakan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, pekan ini, mendatar cenderung melemah. Kurs tengah dollar AS di Bank Indonesia (BI), menguat tipis 0,02% menjadi Rp 9.478. Namun di pasar spot, pasangan USD/IDR melemah 0,11% menjadi 9.458. Fluktuasi USD/IDR diprediksi akan berlanjut sampai pekan depan.

Nurul Eti Nurbaeti, Kepala Riset Divisi Treasuri BNI, berpendapat, lelang surat utang negara (SUN) yang mengalami kelebihan permintaan sampai Rp 27,69 triliun menjadi angin segar bagi rupiah. Dari lelang itu, pemerintah menerima Rp 9 triliun, lebih tinggi daripada indikasi perolehan, yaitu Rp 6 triliun.

Namun menjelang akhir pekan, rupiah kembali loyo, akibat tingginya permintaan importir terhadap dollar AS.


Sentimen di pasar global juga menekan rupiah. Seperti, rilis data pengangguran Amerika Serikat yang meningkat. Analis Monex Investindo, Albertus Christian, menilai, sentimen pendongkrak rupiah sangat minim.

Pekan depan, sentimen global yang bisa mengangkat rupiah adalah spekulasi penyaluran stimulus di Negeri Paman Sam dan China. Namun meski begitu, rupiah masih dibayangi sentimen buruk dari kondisi Eropa yang belum membaik.

Karena itu, Nurul menduga seminggu ke depan, rupiah masih akan mendatar cenderung melemah. Permintaan dollar AS yang tinggi sepertinya akan terus melemahkan rupiah. Nurul memprediksi, pekan depan, nilai tukar dollar AS bergerak di kisaran Rp 9.430-Rp 9.485.

Sedangkan Albertus memperkirakan USD/IDR berada di rentang antara 9.300 hingga 9.500. Arah dollar AS masih konsolidasi dan cenderung melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana