Rupiah terjegal kebutuhan valas yang meningkat



JAKARTA. Setelah libur Lebaran, gerak rupiah relatif melemah. Pada Kamis (23/8), kurs tengah dollar AS, di Bank Indonesia, senilai 9.495. Angka itu sedikit melemah dari penutupan sebelum libur panjang pada Kamis (16/8) di level 9.498. Namun, rupiah kembali melemah dan harga the greenback menjadi Rp 9.504. Di pasar spot, pasangan USD/IDR kemarin (24/8), berakhir di 9.519, atau menguat 0,26% dibanding sehari sebelumnya.

Klara Pramesti, Research Analyst BNI, menilai, di pasar dalam negeri, rupiah tertekan akibat melebarnya defisit Neraca Transaksi Berjalan (NTB). Pelebaran defisit merupakan hal yang sensitif, hingga membuat pasar bereaksi. Karena, NTB dianggap sebagai salah satu indikator kekuatan ekonomi suatu negara.

Menurut Veni Kriswandi, Head of Trading Commonwealth Bank, selama libur Lebaran, pasar domestik tak banyak pengaruhi pergerakan rupiah. Menurutnya, pergerakan rupiah lebih dipengaruhi meningkatnya transaksi di Bank untuk memenuhi kebutuhan valuta asing pada akhir bulan terkait transaksi ekspor-impor. β€œHal ini membuat rupiah tertekan,” ungkap Veni.


Untuk pekan depan, Klara memprediksi rupiah masih bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat. Kebijakan European Central Bank (ECB) yang membatasi yield dan akan membeli obligasi negara-negara bermasalah di Uni Eropa dianggap menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Namun, menurut Veni, kebutuhan permintaan valas yang tinggi hingga akhir bulan untuk kebutuhan transaksi ekspor-impor masih akan melemahkan rupiah. Klara memprediksi, di pekan depan, pasangan USD/IDR bergerak di level 9.450 – 9.500. Proyeksi Veni, pairing USD/IDR akan berada di rentang 9480 – 9530.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini