Rupiah terkerek data ekonomi dalam negeri yang positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berita positif dari dalam negeri seperti data neraca perdagangan serta data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) masih mendongkrak rupiah secara teknikal dalam perdagangan Rabu (17/10).

Di pasar spot, mata uang Garuda menguat 0,34% menjadi Rp 15.150 per dollar Amerika Serikat (AS). Serupa, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga menunjukkan peningkatan 0,18% ke level Rp 15.178 per dollar AS.

Data neraca perdagangan yang tercatat surplus US$ 230 juta pada September 2018 dipicu oleh sektor nonmigas yang menyumbang US$ 1,3 miliar.


Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, dari luar negeri, penguatan rupiah juga didorong oleh pelemahan dollar akibat dari komentar dari Presiden AS Donald Trump dalam sebuah wawancara Selasa (16/10) waktu setempat.

Mengutip dari Reuters, Trump merasa The Fed merupakan ancaman terbesar yang ia hadapi. Sebelumnya, ia sempat mengkritik The Fed karena kenaikan suku bunga mengancam stabilitas perekonomian AS.

“Kalau dikritik atas keputusannya yang terus menaikkan suku bunga, lalu mengkritik harga minyak terlalu tinggi, maka tidak heran bila dollar sedikit melemah,” ujar David.

Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, pergerakan dollar AS juga ditentukan oleh respon AS terhadap kasus pembunuhan jurnalis penulis opini di harian The Washington Post, Jamal Khashoggi yang dilaporkan tidak terlihat lagi sejak memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Selasa (2/10).

“AS dan Arab Saudi merupakan negara mitra dalam politik maupun ekonomi. Apakah nanti AS akan memberikan sanksi atau apa, pasar menunggu itu,” jelas Ibrahim.

Terkoreksinya dollar AS juga masih menjadi rentetan ketikdakjelasan situasi trade war antara AS dengan China, data penjualan retail AS yang menurun, serta adanya ekspektasi kenaikan pada data pengangguran di AS. Selain itu, pasar juga masih menunggu keputusan The Fed mengenai kenaikan suku bunganya di akhir kuartal IV.

Di sisi lain, pasar juga masih terpusat pada China yang telah merilis data inflasi yang cukup bagus di mana ada kenaikan 2,5% year on year (yoy) dibanding September yang hanya mencapai 2,3%. Namun, tingkat inflasi China ternyata mengalami perlambatan dari Agustus yang tadinya meningkat 4,1% menjadi 3,6% di September.

“Ini mengindikasikan perekonomian China mengalami perlambatan ekonomi. Tapi kita tinggal menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang kemungkinan besar dapat memberikan sentimen negatif kepada dollar,” jelasnya lagi.

Ibrahim sendiri memprediksi rentang rupiah melebar di antara Rp 15.100 – Rp 15.230 per dollar AS. “Pemerintah rencananya kembali mematok rupiah di bawah 15.000,” kata Ibrahim. Sedangkan David memproyeksikan rupiah akan menguat secara teknikal di level Rp 15.120 – Rp 15.180 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti