JAKARTA. Posisi rupiah masih melanjutkan pelamahan ke level terendah dalam tiga bulan terakhir hari ini (2/6). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 11.57 WIB, mata uang Garuda keok 0,7% menjadi 11.758 per dollar AS. Bahkan pada transaksi sebelumnya, rupiah sempat bertengger di level 11.760 per dollar AS, yang merupakan level terlemah sejak 24 Februari lalu. Salah satu faktor yang menyebabkan rupiah tak bertenaga adalah data neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatat defisit. Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada bulan April sebesar US$ 14,29 miliar atau turun 5,29% dibanding bulan sebelumnya. Untuk impor sendiri pada bulan April tercatat sebesar US$ 16,26 miliar atau naik 11,93% dibanding Maret 2014. Alhasil terjadi defisit neraca dagang sebesar US$ 1,96 miliar.Selain itu, ada pula sentimen lain berupa ketidakpastian situasi politik Indonesia yang akan menghelat pemilu presiden pada 9 Juli. Ada dua kandidat yang sama-sama kuat dalam pilpres kali ini, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa."Data neraca perdagangan jauh dari konsensus analis. Ditambah lagi dengan ketidakpastian terkait pemilu, kami melihat posisi rupiah masih berisiko," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah terkulai ke level terlemah sejak Februari
JAKARTA. Posisi rupiah masih melanjutkan pelamahan ke level terendah dalam tiga bulan terakhir hari ini (2/6). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 11.57 WIB, mata uang Garuda keok 0,7% menjadi 11.758 per dollar AS. Bahkan pada transaksi sebelumnya, rupiah sempat bertengger di level 11.760 per dollar AS, yang merupakan level terlemah sejak 24 Februari lalu. Salah satu faktor yang menyebabkan rupiah tak bertenaga adalah data neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatat defisit. Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada bulan April sebesar US$ 14,29 miliar atau turun 5,29% dibanding bulan sebelumnya. Untuk impor sendiri pada bulan April tercatat sebesar US$ 16,26 miliar atau naik 11,93% dibanding Maret 2014. Alhasil terjadi defisit neraca dagang sebesar US$ 1,96 miliar.Selain itu, ada pula sentimen lain berupa ketidakpastian situasi politik Indonesia yang akan menghelat pemilu presiden pada 9 Juli. Ada dua kandidat yang sama-sama kuat dalam pilpres kali ini, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa."Data neraca perdagangan jauh dari konsensus analis. Ditambah lagi dengan ketidakpastian terkait pemilu, kami melihat posisi rupiah masih berisiko," jelas Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News