Rupiah terlalu volatile, Ekonom: Deviasi perlu dijaga tak lebih dari 5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi bakal terdepresiasi hingga akhir Juli 2019. Ini karena meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap perkembangan beberapa sentimen global yang sampai saat ini belum menunjukkan arah yang jelas. 

Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, sentimen pasar saat ini lebih besar menanti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk memangkas suku bunga acuannya di akhir Juli 2019. Apalagi, kebanyakan data terbaru AS yang dirilis, cenderung memberikan gambaran bahwa Negeri Paman Sam belum memiliki alasan untuk memangkas suku bunga acuannya saat ini. 

"Meskipun, menurut Presiden AS Donald Trump, pertumbuhan ekonomi AS saat ini belum sesuai harapannya. Sehingga, keputusan The Fed jadi yang paling dinanti pasar saat ini," jelas Lana kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).


Sentimen lainnya yang juga bisa mempengaruhi pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS di sisa Juli 2019, yakni simpang siurnya perkembangan negosiasi perang dagang antara AS dengan China. Terlebih, baru-baru ini China mengeluarkan pernyataan yang menyatakan pihaknya merasa dipojokkan dan selalu disalahkan AS atas kondisi perang dagang yang terjadi saat ini. 

Meskipun begitu, rencananya kedua negara tersebut bakal kembali dipertemukan di pekan depan. Tentu saja, pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas perkembangan lanjutan dari negosiasi perang dagang. 

Sentimen lainnya yang dianggap Lana menjadi perhatian adalah terpilihnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris. 

Asal tau saja, Boris Johnson merupakan salah satu inisiator terjadinya Brexit lantaran sikapnya yang anti Brexit. Melihat hal tersebut, akhirnya pasar cenderung memilih untuk memagang kurs dollar AS dan membuat mata uang tersebut menguat hari ini terhadap kurs regional Asia. 

"Volatilitas yang sangat cepat juga mengindikasikan bahwa rupiah masih sangat rentan dan bergerak bak yo-yo. Ini harusnya dikurangi, dengan langkah regulator untuk menjaga deviasi tidak boleh lebih dari 5%," tegas Lana. 

Untuk itu, dia menilai pergerakan rupiah di sisa Juli 2019 masih akan cenderung tertekan di kisaran resistance Rp 14.150 per dollar AS. Sedangkan untuk potensi penguatan yakni Rp 13.950 per dollar AS. 

Namun, jika The Fed menerapkan kebijakan agresif di akhir Juli 2019, maka rupiah punya peluang untuk menguat ke level Rp 13.900 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi