JAKARTA. Rupiah terpukul dengan penguatan dollar AS. Mengutip
Bloomberg pukul 9:13 WIB, rupiah diperdagangkan di Rp 13.873 per dollar AS, posisi terlemahnya sejak Januari 2016 silam. Penguatan dollar AS mencapai 5,59% pagi ini terhadap rupiah. Kemarin, posisi USD/IDR masih di 13.138. Pelemahan rupiah menjadi yang terbesar di Asia. Penguatan dollar AS terhadap won Korea sebesar 1,3%, terhadap peso Filipina 0,4%, terhadap baht Thailand 0,04%.
Sebaliknya, dollar AS terhadap dollar Singapura melemah 0,21%. Dollar AS juga melemah 0,4% terhadap yen Jepang, meski yen tetap berada di seputaran titik terlemahnya ¥ 106 per dollar AS. Mengutip Bloomberg Dollar Spot Index yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap 10 mata uang utama dunia, The Greenback rehat setelah menguat tajam dua hari berturut-turut, meski tetap di posisi yang kuat. Indeks dollar melemah 0,09% terhadap posisi kemarin. Daewoo Securities Indonesia melihat, pelemahan rupiah masih disetir kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS. Alasan pertama, Trump berencana meningkatkan belanja negara dan bisa mendorong inflasi AS lebih tinggi. "Pasar berspekulasi, The Fed akan menaikkan bunga acuan lebih cepat ketimbang yang diperkirakan untuk menjinakkan inflasi," tulis Daewoo. Akan ada tarik menarik antara prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi akibat belanja AS yang lebih deras, dengan kenaikan bunga The Fed yang membuat dollar AS lebih mahal. "Pertanyaannya sekarang, apakah presiden terpilih Trump akan bisa merilis belanja lebih besar dengan potensi penerimaan negara yang lebih sedikit, mengingat dia berencana memotong pajak," tulis Daewoo.
Tinggalkan pasar saham Sementara itu, di pasar saham, aksi jual asing masih terus berlanjut. Sampai pukul 9:30 WIB, dengan aksi beli Rp 1,1 triliun,
net sell mencapai Rp 575,4 miliar. Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk ratusan poin. IHSG kehilangan 128 poin atau 2,3% menjadi 5.321,74, memangkas penurunan lebih pagi tadi yang mencapai 3,3%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia