Data PDB China membayangi rupiah



JAKARTA. Rupiah kembali melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu data Bloomberg, pukul 10.05 WIB di pasar spot rupiah berada di level Rp 13.920 per dollar AS, Selasa (19/1).

Kemarin Senin (18/1) rupiah di level Rp 13.905 per dollar AS. Artinya, pagi ini rupiah melemah sebesar 0,11%.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, nilai tukar rupiah mengalami koreksi seiring dengan tren harga komoditas yang cenderung masih menurun, di tengah situasi itu pelaku pasar khawatir belanja pemerintah berpeluang terganggu.


"Secara umum pelemahan harga komoditas masih akan menekan rupiah," kata Rangga Cipta dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa jika penurunan harga komoditas, terutama minyak mentah mengurangi kemampuan belanja pemerintah untuk mendorong pertumbuhan maka pelemahan mata uang rupiah dapat berlanjut.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga sedang fokus terhadap pengumuman data produk domestik bruto (PDB) 2015 China, jika membukukan hasil di luar harapan pasar maka berpotensi mempertahankan sentimen pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

"PDB China kuartal IV 2015 diperkirakan stabil di kisaran 6,8-6,9 % secara tahunan, jika hasilnya di bawah itu bisa memicu aksi jual di pasar Asia," katanya.

Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi China masih melambat, dipicu melemahnya output dan investasi. Pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap hasil PDB China.

"Hasil rilis data PDB China kuartal IV akan disorot pasar, dimana diprediksi akan menunjukkan pertumbuhan tahunan terburuknya dalam 25 tahun terakhir," kata Lukman Leong.

Asal tahu saja, PDB China kuartal IV berada di angka 6,8% atau artinya terlemah sejak 2009. Angka ini di bawah perkiraan sebesar 6,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto