Rupiah terseret sinyal Yellen



JAKARTA. Rupiah rentan jatuh hari ini. Semakin kencangnya sinyal kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini, bakal membebani pergerakan mata uang Garuda.

Kamis (5/11), di pasar spot, rupiah menguat tipis 0,04% jadi Rp 13.543 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, depresiasi rupiah 1,05% ke Rp 13.603 per dollar AS.

Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, menilai, rupiah sebenarnya didukung sentimen positif dari domestik. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2015 mencapai 4,73%, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, yaitu 4,67%.


“Meskipun di bawah ekspektasi 4,8%, sudah mulai ada tanda perubahan ke arah pertumbuhan ekonomi,” kata Rully.

Namun, Research and Analyst Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah bilang, penguatan rupiah terjegal isu eksternal. Pasalnya, Rabu (4/11) malam, Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan, kenaikan suku bunga berpeluang besar terwujud di Desember, seiring perekonomian AS yang positif. “Efeknya, dollar lebih kuat,” tuturnya.

Itu sebabnya Vidi menduga, rupiah rawan terseret isu The Fed. Apalagi, Jumat (6/11) malam, Paman Sam akan merilis data tenaga kerja.

Tingkat pengangguran bulan Oktober diprediksi turun dari 5,1% menjadi 5,0%. Lalu, penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian per Oktober diduga lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Prediksi Vidi, hari ini, rupiah cenderung melemah ke Rp 13.500 hingga Rp 13.700 per dollar AS.

Rully juga menebak, rupiah bakal terdepresiasi pada rentang Rp 13.540-Rp 13.685 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie