Rupiah tertekan menjelang FOMC



JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali tertekan. Kemarin (26/7), kurs spot rupiah melemah 0,25% jadi Rp 13.175 per dollar AS. Sedang menurut kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terkikis 0,11% jadi Rp 13.150 per dollar AS.

Agus Chandra, Research & Analyst Monex Investindo Futures, mengatakan, rupiah tertekan sentimen eksternal. Secara fundamental, sejatinya rupiah cukup perkasa setelah pengesahan beleid tax amnesty. Langkah BI mempertahankan BI rate pun tidak terlalu menekan nilai tukar mata uang garuda ini.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, indeks dollar AS kemarin sebenarnya melemah. Secara umum, nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia, terutama yen, juga melemah.


Selanjutnya, pasar akan mewaspadai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Sebab, membaiknya data ekonomi AS, seperti data tenaga kerja, inflasi dan data perumahan semakin mendukung potensi kenaikan suku bunga The Fed.

Tambah lagi, gejolak ekonomi global pasca referendum yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa diprediksi tidak akan terlalu parah. Meski begitu, pasar masih cukup yakin The Fed tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan ini.

"Pasar masih yakin suku bunga The Fed akan naik minimal satu kali di bulan Desember," kata Josua.

Dari sisi domestik, belum ada sentimen yang cukup kuat untuk menggerakkan rupiah. Tapi selanjutnya, pasar akan menunggu pengumuman data inflasi dan pertumbuhan ekonomi di pekan depan.

Hari ini, Josua memprediksi rupiah melemah dan bergerak di rentang Rp 13.100- Rp 13.200 per dollar AS. Agus pun memperkirakan rupiah turun dan bergerak dalam rentang antara Rp 13.000-Rp 13.200 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie