Rupiah tertekan rencana pengesahan RUU Pajak AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valuasi nilai tukar rupiah kembali tertekan di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Rencana pengesahan RUU Pajak negeri Paman Sam menjadi katalis negatif yang meruntuhkan kekuatan mata uang Garuda.

Mengutip Bloomberg, Senin (18/12), rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,08% ke level Rp 13.581 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatatkan rupiah melemah 0,08% ke level Rp 13.584 per dollar AS.

Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan yang terjadi karena pengaruh eksternal. Kemungkinan disahkannya RUU Pajak AS pada pekan ini telah memberi sentimen positif bagi greenback. Disahkannya Undang-Undang Reformasi Pajak memberi optimisme akan diloloskannya pengajuan anggaran yang diusulkan Presiden Donald Trump.


“Kalau RUU Pajak disahkan dan pengajuan anggaran tanggal 22 Desember nanti disetujui, dollar AS akan semakin menguat,” terangnya, hari ini.

Bloomberg mencatat, Senin (18/12) pukul 17.15 WIB, indeks dollar AS melemah 0,24% ke level 93,70. Namun, Faisyal meyakini kondisi tersebut hanya sesaat. Dalam pekan ini pengesahan RUU Pajak tetap memberi katalis positif bagi greenback.

Meski demikian, pelemahan rupiah kemungkinan sedikit tertahan, karena penguatan harga komoditas seperti emas dan minyak. Sebagai negara pengekspor minyak membaiknya harga komoditas berpeluang mengangkat posisi rupiah. “Ini dampaknya positif jadi pelemahan rupiah sedikit tertahan,” imbuhnya.

Renny Eka Putri, analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk melihat kejatuhan rupiah diawal pekan ini terjadi karena rilis data domestik pekan lalu yang mengecewakan. Walaupun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih dipertahankan, tetapi neraca perdagangan bulan November hasilnya di bawah ekspektasi pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca dagang bulan lalu hanya US$ 127,1 juta, jauh lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 895 juta.

“Surplus yang lebih rendah ini tidak menjadi katalis positif bagi market,” ujarnya.

Menurutnya, kondisi tersebut semakin diperparah karena pelaku pasar banyak membeli dollar AS. Seperti yang sudah-sudah dipenghujung tahun jumlah pembelian dollar untuk kebutuhan liburan memang meningkat. Alhasil sentimen positif dari domestik pun terkikis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini