Rupiah tertopang dari dua sisi



JAKARTA. Stamina rupiah cukup kuat pada pekan ini. Jumat (17/4), di pasar spot, rupiah menguat tipis 0,07% dibanding hari sebelumnya menjadi Rp 12.850 per dollar AS. Ini memperbesar penguatan sepekan menjadi 0,59%.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, mata uang berlambang Garuda melemah 0,19% ke Rp 12.863 per dollar AS. Tapi, sepekan otot rupiah menguat 0,36%.

Research and Analyst Divisi Treasury Bank BNI Trian Fatria mengatakan, penguatan rupiah tertopang faktor eksternal dan domestik. Dari luar negeri, data ekonomi Amerika Serikat yang kurang solid menekan dollar AS. Alhasil, mata uang emerging market, termasuk rupiah diuntungkan.


“Otot rupiah juga diperkuat sentimen positif domestik, yaitu tingkat suku bunga acuan yang tetap dan surplus neraca perdagangan,” tuturnya.

Analis PT Monex Investindo Futures Albertus Christian menilai, data-data ekonomi AS menunjukkan sinyal perlambatan. Kondisi itu memberi gambaran momentum pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2015 kurang kuat. "Sehingga mungkin The Fed menunda kenaikan suku bunga yang semula dijadwalkan pertengahan 2015,” jelasnya.

Adapun pekan depan, rupiah masih berpotensi menguat terbatas. Pekan depan, Eropa akan merilis sederet data ekonomi. Apabila hasilnya positif, bisa mendukung penguatan rupiah. Prediksinya, rupiah bisa bergulir di kisaran Rp 12.685-Rp12.900 per dollar AS.

Namun, Trian menduga, apresiasi rupiah akan sedikit tertahan. Menjelang akhir bulan, permintaan dollar AS akan tinggi, sebab korporasi membayar utang jatuh tempo. Ekspektasi terhadap pertemuan The Federal Reserve pada akhir April ini juga bisa menjegal rupiah. Jelang pertemuan, spekulasi kenaikan suku bunga akan mencuat lagi.

Rupiah bisa tertekan antara Rp 12.800-Rp 13.000 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie