JAKARTA. Rupiah melesat tajam, meski penguatannya mulai rentan koreksi. Di pasar spot, Senin (6/6), nilai tukar rupiah terbang 1,65% ke Rp 13.370 per dollar AS. Sementara versi kurs tengah Bank Indonesia, valuasi rupiah melesat 0,98% menjadi Rp 13.478 per dollar AS.

Putu Agus Pransuamitra, Research & Analyst Monex Investindo Futures, mengatakan, rontoknya data ketenagakerjaan Amerika Serikat menjadi faktor utama penopang rupiah.

"Jelas ini merontokkan kepercayaan pelaku pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada Juni-Juli 2016 ini," jelas dia, kemarin.

Dari survei Fed Fund Futures, probabilitas peluang kenaikan suku bunga The Fed bulan ini turun menjadi 6% dan dari 50% menjadi 35% di bulan Juli.

Ekonom BCA David Sumual menambahkan, dari dalam negeri, pasar masih menunggu kepastian soal RUU Tax Amnesty dan rilis paket kebijakan 13. Alhasil, belum ada sentimen yang akan menggerakkan rupiah dari dalam negeri.

"Selasa (7/6) ini penguatan rupiah masih bisa berlanjut, namun kian terbatas," kata David.

Pelaku pasar juga menantikan pidato Gubernur The Fed Janet Yellen, yang dijadwalkan berlangsung Selasa (7/6) dini hari. Sementara dari dalam negeri ada rilis data cadangan devisa Mei 2016.

Apabila cadangan devisa turun, koreksi rupiah bisa terjadi. Tapi jika sebaliknya, kekuatan rupiah untuk lanjut menguat akan bertambah.

Putu memprediksi hari ini kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.260-Rp 13.500 per dollar AS. Rentang pergerakan cukup lebar karena ketidakpastian di pasar masih tinggi.

Sedangkan David menghitung rupiah akan bergerak antara Rp 13.300- Rp 13.450 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie