Rupiah Terus Melemah, Bagaimana Strategi Investasinya?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terus bergerak melemah tertekan kebijakan higher for longer The Fed. Di pasar spot, rupiah melanjutkan pelemahan sebesar 0,14% ke Rp 15.920 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (3/4).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, pelemahan rupiah lebih kepada faktor eksternal. Memang, secara fundamental ia melihat ada tekanan terhadap rupiah, tetapi seharusnya tidak sekuat ini.

"Ini lebih karena didorong sentimen higher for longer dari Fed sehingga indeks dolar naik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (3/4).


Dengan pelemahan rupiah memberikan dampak negatif terhadap instrumen investasi dalam negeri. Terlihat dari yield SUN tenor 10 tahun yang naik dan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Makin Dalam, Spekulasi Kenaikan Suku Bunga Mencuat Lagi

Di sisi lain, penurunan rupiah, menurut Fikri menjadi momentum untuk masuk ke instrumen investasi yang selama ini memiliki fundamental baik. Ia melihat pasar SBN dan SRBI bisa menjadi pilihan dengan tingginya yield saat ini. 

Selain itu, ia melihat dari sisi fiskal Indonesia yang masih cukup baik lantaran masih mencetak surplus 0,1% dari GDP per 15 Maret 2024. Padahal ada pengeluaran untuk kebijakan populis sebelum Pilpres.

Kemudian PMI China yang mulai kembali ke level yang lebih baik dan Manufacturing PMI AS yang kembali ke zona ekspansif. Hal tersebut dinilai dapat mendorong surplus perdagangan Indonesia dan mendorong fundamental rupiah.

Sementara jika ingin di pasar saham, Fikri menyarankan investor memperhatikan emiten dengan fundamental yang baik.

"Bisa lihat ke sektor ritel, telko, dan perbankan karena defensif dan demand-nya lebih ke domestik," katanya.

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto melanjutkan bahwa investor yang orientasi jangka panjang maka tidak perlu panik, apalagi bila tidak ada keperluan di valas.

"Terlebih pelemahan rupiah ini bersifat sementara," sebutnya.

Baca Juga: Kemenkeu Pastikan Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap APBN Masih Terkendali

Namun untuk investor dengan orientasi jangka pendek, bisa mulai mengumpulkan dolar AS. Selain itu juga menghindari saham-saham yang berorientasi impor dan memiliki utang valas tinggi.

Untuk yang akan masuk, ia menyarankan investor tipe konservatif bisa mengalokasikan dana 50% di kelas aset risiko rendah dan 50% risiko tinggi. Moderat bisa 40% rendah dan 60% tinggi, sedangkan yang agresif bisa 20% rendah (kas dan setara) dan 80% tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi