JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan memperbesar defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 yang ditetapkan pemerintah. Dalam pagu APBN-P 2013 defisit dipatok sebesar 2,38% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp 224 triliun.Namun, Menteri Keuangan Chatib Basri meyakinkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak akan menimbulkan lonjakkan defisit. Alasannya, nilai tukar rupiah yang sedang loyo sekarang ini sudah masuk dalam perhitungan pemerintah."Hingga akhir tahun ini, saya kira defisit masih bisa dijaga di angka 2,4%," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/8). Chatib memaparkan, defisit anggaran hingga akhir Juli 2013 baru menyentuh angka 1%. Jadi, apabila rupiah melemah dan pendapatan pajak menurun, defisit hingga akhir tahun diprediksi berkisar 2%. Selain itu, penyerapan realisasi anggaran belanja yang lambat setiap tahunnya, menyebabkan defisit anggaran APBN belum pernah mencapai target. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, defisit anggaran yang tidak mencapai target memang tertolong dari lambannya realisasi belanja. Hanya saja, kata dia, belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) memang selalu tinggi. Dia menilai, jika pelemahan rupiah terus berlangsung, akan mengurangi penerimaan pajak. Sebab, banyak perusahaan masih mengandalkan impor bahan baku. "Jadi, menurut saya, defisit di tahun ini cukup besar," kata David.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah terus melemah, defisit 2013 bisa membengkak
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan memperbesar defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 yang ditetapkan pemerintah. Dalam pagu APBN-P 2013 defisit dipatok sebesar 2,38% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp 224 triliun.Namun, Menteri Keuangan Chatib Basri meyakinkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak akan menimbulkan lonjakkan defisit. Alasannya, nilai tukar rupiah yang sedang loyo sekarang ini sudah masuk dalam perhitungan pemerintah."Hingga akhir tahun ini, saya kira defisit masih bisa dijaga di angka 2,4%," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/8). Chatib memaparkan, defisit anggaran hingga akhir Juli 2013 baru menyentuh angka 1%. Jadi, apabila rupiah melemah dan pendapatan pajak menurun, defisit hingga akhir tahun diprediksi berkisar 2%. Selain itu, penyerapan realisasi anggaran belanja yang lambat setiap tahunnya, menyebabkan defisit anggaran APBN belum pernah mencapai target. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, defisit anggaran yang tidak mencapai target memang tertolong dari lambannya realisasi belanja. Hanya saja, kata dia, belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) memang selalu tinggi. Dia menilai, jika pelemahan rupiah terus berlangsung, akan mengurangi penerimaan pajak. Sebab, banyak perusahaan masih mengandalkan impor bahan baku. "Jadi, menurut saya, defisit di tahun ini cukup besar," kata David.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News