Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, Begini Dampaknya Bagi Eksportir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) bereaksi atas tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini. Merujuk Bloomberg, kurs rupiah menyentuh level Rp 15.612 per dollar AS pada Jumat (6/10) lalu. Rupiah kembali melemah 0,43% pada Senin (9/10) pukul 13.30 WIB di level Rp 15.679 per dollar AS. 

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, pelemahan rupiah sebenarnya sudah diprediksi banyak pelaku usaha seiring kenaikan suku bunga The Fed dan situasi global yang diliputi ketidakpastian akibat konflik geopolitik di beberapa kawasan dunia.

Bagi eksportir, pelemahan rupiah di atas kertas bisa mendatangkan keuntungan. Ini dengan catatan produk-produk yang diekspor ke luar negeri memiliki bahan baku yang diperoleh dari pasar domestik. 


"Kalau bahan bakunya impor justru akan menambah beban pengeluaran, sekalipun hasil produk jadinya diekspor lagi ke luar negeri," ujar Toto, Minggu (8/10).

Baca Juga: Kadin Sebut Proyek Hilirisasi Mineral Selain Nikel Juga Hadapi Tantangan

Kendati begitu, belum tentu pelemahan rupiah otomatis menguntungkan eksportir produk berbahan baku lokal. Sebab, negara tujuan ekspor seperti AS dan Eropa tengah dilanda pelemahan ekonomi yang berdampak pada lesunya permintaan ekspor.

Kondisi demikian membuat para eksportir Indonesia tidak bisa memaksimalkan kemampuan penjualan produknya ke negara-negara tersebut. Para eksportir juga tidak bisa sembarangan menyesuaikan harga jual produk ekspornya karena permintaan sedang merosot.

"Mau tidak mau kami perlu mencari pasar ekspor alternatif yang kondisi ekonominya masih stabil," imbuh dia.

Maka dari itu, GPEI menilai para pelaku usaha lebih menyukai pergerakan kurs rupiah yang stabil atau didasari oleh fundamental yang sesungguhnya. Volatilitas pergerakan kurs justru menjadi penanda banyaknya sentimen negatif yang mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara, atau bahkan dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi