Rupiah Turut Tertekan Aksi Balas Sanksi Barat-Rusia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Balasan Rusia atas sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa semakin membuat runyam. Aset berisiko seperti rupiah kembali dihindari. 

Akibatnya, nilai tukar rupiah di pasar spot, Kamis (24/3),  melemah 0,03% ke Rp 14.352 per dolar AS. Kompak, kurs Jisdor Bank Indonesia (BI), melemah 0,07% ke Rp 14.361 per dolar AS. 

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan rupiah melemah karena pelaku pasar tengah memerhatikan sanksi yang diberikan AS dan Uni Eropa terhadap Rusia. Pelaku pasar cenderung menghindari dulu aset berisiko seperti rupiah. 


Baca Juga: Usai Sentuh All Time High, IHSG Diproyeksi Rawan Koreksi pada Jumat (25/3)

Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini juga mengatakan balasan Rusia atas sanksi yang dikenakan, menambah rumit permasalahan geopolitik di Eropa Timur tersebut. Kabar terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengeluarkan kebijakan pembelian gas dari negara yang tidak ramah terhadap Rusia harus menggunakan mata uang Rusia, yaitu rubel. 

"Balasan sanksi Rusia membuat pelaku pasar bingung untuk mengakses komoditas energi Rusia, di satu sisi jika tidak beli dengan rubel maka harga komoditas berpotensi naik tajam lagi," kata Mikail, Kamis (24/3). 

Faisyal juga mengatakan rupiah berpotensi masih akan melemah karena khawatir akan sanksi balasan dari Rusia. "Rupiah sebagai aset berisiko bisa semakin dihindari," kata Faisyal. 

Baca Juga: IHSG Rekor Pada Kamis (24/3), BBRI, BMRI, BBNI Paling Banyak Dibeli Asing

Apalagi, penguatan dollar AS masih akan terjadi seiring pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan pejabat lain yang mendukung kenaikan suku bunga agresif di tahun ini. 

Sedangkan, di dalam negeri pelaku pasar juga tengah mewaspadai kenaikan PPN yang menjadi 11%. 

Mikail memproyeksikan rentang rupiah di Jumat (25/3), berada di Rp 14.390 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS. Sedangkan, Faisyal memproyeksikan rentang rupiah di Rp 14.300 dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati