KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koalisi Break Free from Coal Indonesia menilai RUPTL 2018-2027 masih pro terhadap batubara. Hal itu terlihat dari porsi bauran energi, porsi batubara meningkat menjadi 54,4% dibandingkan dengan RUPTL sebelumnya yang sebesar 50,4%, kendati terdapat pemangkasan sebanyak 5.000 MW. Di sisi lain, dari aspek perencanaan RUPTL 2018-2027 juga masih terlampau ambisius. Penyebabnya, asumsi dasar dari pertumbuhan permintaan masih di angka 6,8%. Angka tersebut jauh di atas realisasi pertumbuhan permintaan rata-rata lima tahun terakhir yang berkisar di angka 4%. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Hindun Mulaika mengatakan, realisasi pertumbuhan listrik tahun lalu saja hanya 3,5%, maka itu penetapan angka 6,8% masih terlampau ambisius. “Hal ini tentunya tidak akan membuat PLN keluar dari masalah utamanya yaitu ancaman risiko finansial dari sistem take or pay dan problem over kapasitas,” tuturnya melalui siaran pers yang diterima, Kamis (15/3).
RUPTL 2018-2027 dinilai masih pro batubara
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koalisi Break Free from Coal Indonesia menilai RUPTL 2018-2027 masih pro terhadap batubara. Hal itu terlihat dari porsi bauran energi, porsi batubara meningkat menjadi 54,4% dibandingkan dengan RUPTL sebelumnya yang sebesar 50,4%, kendati terdapat pemangkasan sebanyak 5.000 MW. Di sisi lain, dari aspek perencanaan RUPTL 2018-2027 juga masih terlampau ambisius. Penyebabnya, asumsi dasar dari pertumbuhan permintaan masih di angka 6,8%. Angka tersebut jauh di atas realisasi pertumbuhan permintaan rata-rata lima tahun terakhir yang berkisar di angka 4%. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Hindun Mulaika mengatakan, realisasi pertumbuhan listrik tahun lalu saja hanya 3,5%, maka itu penetapan angka 6,8% masih terlampau ambisius. “Hal ini tentunya tidak akan membuat PLN keluar dari masalah utamanya yaitu ancaman risiko finansial dari sistem take or pay dan problem over kapasitas,” tuturnya melalui siaran pers yang diterima, Kamis (15/3).